Minggu, 20 November 2016

laporan irigasi



PENGENALAN IRIGASI (IRIGASI PERMUKAAN)
(Praktikum Mekanisasi Pertanian)




Oleh
Harina Wahyuningsih
1514121114
Kelomok 9





logo-unila-bw











JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
I.                   PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang

Air merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan semua makhluk hidup, termasuk tanaman. Tanaman membutuhkan air agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Air yang dibutuhkan tanaman berasal dari air hujan maupun air irigasi. Kebutuhan tanaman akan air digunakan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan, baik penguapan yang melalui permukaan tanaman maupun permukaan tanah atau evapotranspirasi.

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau dikatakan air merupakan sumber kehidupan.

Usaha pengelolaan dan penyediaan air untuk menunjang kegiatan pertanian adalah bentuk diperlukan sistem irigasi yang tertata baik. Dalam suatu pengelolaan sumber daya air dengan perancangan bangunan air diperlukan suatu informasi yang menunjukan jumlah air yang akan masuk ke bangunan tersebut dalam satuan waktu yang dikenal sebagai debit aliran. Dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam keadaan berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi dampak banjir pada saat debit maksimum dan kekeringan atau defisit air pada saat musim kemarau panjang.


1.2              Tujuan Per cobaan

Tujuan di lakukannya percobaan ini ialah sebagai berikut:
1.              Mengetahui fungsi irigasi
2.             Mengetahui macam macam metode irigasi permukaan
3.             Mengetahui keefektifan irigasi permukaan


























II.                TINJAUAN PUSTAKA


Saluran irigasi teknis dibangun ditunjukkan dengan adanya sekat sebagai saluran tempat mengalirnta air. Untuk mengatur volume dan kecepatan air, saluran harus dibagi-bagi. Adanya kotoran dan sampah yang tertimbun juga dapat mengganggu aliran air. Saluran air juga dapat membendung jika terjadi banjir sewaktu-waktu (Wirawan,1991).

Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. (Sudjarwadi 1990).

Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk merancang sistem irigasi serta mengetahui potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada.Teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat dilakukan melalui tiga katagori ( Gordon et al., 1993):
1. Pengukuran volume air sungai
2. Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia ( pewarna) yang dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method).



Saluran irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang dimulai setelah bangunan intake / pompa sampai lahan yang diairi (PP No. 20 tahun 2006). Saluran irigasi terbagi atas 3 jenis yaitu :
a.              Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang akan diairi. Petak tersier adalah kumpulan petak-petak kuarter, tiap petak kuarter memiliki memiliki luas kurang lebih 8 s.d. 15 ha. Sedangkan petak tersier memiliki luas antara 50 s.d. 150 ha.

b.             Saluran Sekunder
Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran primer ke petakpetak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.

C       Saluran Tersier
Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap tersier dari jaringan utama ke dalam petak tersier saluran kuarter. Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier atau parit sawah ke petak-petak sawah. (Herliyani at al, 2012)

Lahan sawah dengan irigasi teknis yaitu jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Biasanya lahan sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang terdiri dari saluran primer dan sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh pemerintah. Ciri-ciri irigasi teknis: Air dapat diatur dan diukur sampai dengan saluran tersier serta bangunan permanennya. Lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringan jaringannya diatur dan dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Kadar air tanah yang lebih rendah pada tanah sawah yang diolah sempurna disebabkan oleh porositas tanah lebih tinggi, sehingga kehilangan air lebih banyak (Notohadiprawiro, T. 1992) 




Pengaruh air irigasi pada tanah yang dialirinya dapat bersifat netral, implementer, memperkaya ataupun memiskinkan. Air irigasi bersifat netral yaitu didapatkan pada tanah-tanah yang menerima pengairan dari air yang berasal dan memlalui daerah aliran yang memiliki jenis tanah yang sama dengan tanah yang dialiri. Sifat suplementer dijumpai pada tanah yang telah kehilangan unsur-unsur hara akibat pencucian dan mendapatkan unsur-unsur hara lain dari air irigasi. Air irigasi bersifat memperkaya tanah apabila kandungan unsur hara akibat dari pengairan lebih besar jumlahnya daripada unsure hara yang hilang karena paen, drainase atau pengairan. Pencucian unsur hara dari permukaan kompleks adsorpsi dan larutan tanah oleh air irigasi bersifat memiskinkan tanah ( Suyana et al, 1999)
























III.       METODOLOGI PERCOBAAN


3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum Mata kuliah Mekanisasi  Pertanian yang berjudul pengenalan alat sprayer ini dilaksanakan pada hari selasa, 11 oktober 2016 pukul 08:00 – 10:00 WIB. Tempat paktikum yaitu di Laboratorium Daya, Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2          Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
-       Alat peraga irigasi
-       alat tulis
-       kamera

1.1    Prosedur Kerja

Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
Diperhatikan penjelasan asisten dosen mengenai irigasi permukaan
Dicatat penjelasan yang paparkan oleh asisten dosen

Di lakukan pengambilan gambar alat peraga irigasi





IV        PEMBAHASAN


Irigasi permukaan merupakan cara pemberian air yang tertua dan paling umum digunakan. Cara pemberian air dengan cara ini sering juga disebut dengan irigasi penggenangan, karena dengan cara ini air irigasi yang diberikan di lokasi tertentu, dibiarkan mengalir bebas di atas permukaan lahan, dan kemudian air akan mengisi daerah perakaran tanaman. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan sistem irigasi curah dimana air didistribusikan ke lahan melalui pipa bertekanan, dan sistem irigasi tetes, dimana air diberikan melalui penyiram atau penetes ke permukaan. Dalam hal ini irigasi curah lebih efisien dibandingkan dengan irigasi permukaan, karena pada irigasi curah air hanya didistribusikan ke lahan yang terdapat tanamannya saja, sehingga tidak ada air yang terbuang percuma
Dengan menggunakan  sistem irigasi permukaan, air diberikan secara langsung melalui permukaan tanah dari suatu saluran atau pipa yang memiliki tinggi permukaan airnya lebih tinggi dari elevasi lahan yang akan diairi, biasanya sekitar 10-15 cm. Air irigasi akan mengalir di permukaan tanah dari pangkal ke ujung lahan dan meresap ke dalam tanah membasahi daerah perakaran tanaman. Syarat penting untuk mendapatkan sistem irigasi permukaan yang efisien adalah perencanaan sistem distribusi air untuk dapat mengendalikan aliran air irigasi dengan perataan lahan yang baik, sehingga penyebaran air seragam ke seluruh petakan.

Sumber air dalam irigasi dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu :
1.        Mata Air, yaitu air yang terdapat di dalam tanah, seperti sumur, air artesis, dan air tanah. Air tersebut banyak mengandung zat terlarut sehingga mineral bahan makan tanaman sangat kurang dan pada umumnya konstan
2.        Air Sungai, yaitu air yang terdapat di atas permukaan tanah. Air tersebut banyak mengandung lumpur yang mengandung mineral sebagai bahan makan
3.        makanan, sehingga sangat baik untuk pemupukan dan juga suhunya lebih rendah daripada suhu atmosfer. Air sungai ini berasal dari dua macam sungai, yaitu sungai kecil yang debit airnya berubah-ubah dan sungai besar.
4.        Air Waduk, yaitu air yang terdapat di permukaan tanah, seperti pada sungai. Tetapi air waduk sedikit mengandung lumpur, sedangkan zat terlarutnya sama banyaknya dengan air sungai. Air waduk di sisni dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu waduk alami dan waduk buatan manusia. Air waduk juga dibedakan menjadi dua macam menurut keuntungan yang diperoleh, yaitu waduk multi purpose atau waduk dengan keuntungan yang diperoleh lebih dari satu. Misalnya air waduk selain untuk pertanian juga untuk perikanan, penanggulangan banjir, pembangkit listrik dan pariwisata. Tetapi ada juga waduk yang hanya digunakan untuk pertanian saja.
Metode irigasi permukaan di bagi menjadi 3 jenis yaitu:
1.        Basin
Bentuk irigasi yang menggunakan metode irigasi basin seperti petakan yang berada di sawah sawah
2.        Border
Metode irigasi border bentuknya seperti petakan namun lebih memanjang  dari metode basin
3.        Furrow
Metode furrow digunakan terutama pada tanaman hortikultura yang berbentuk lanjaran
Pada saat pengirigasian ada alat yang digunakan untuk menghitung irigasi air yaitu current meter dan capoletti. Currentmeter atau dikenal juga dengan alat ukur arus, biasanya digunakan untuk mengukur aliran pada air rendah. Alat ini merupakan alat pengukur kecepatan yang paling banyak digunakan karena memberikan ketelitian yang cukup tinggi. Kecepatan aliran yang diukur adalah kecepatan aliran titik dalam satu penampang aliran tertentu. Prinsip yang digunakan adalah adanya kaitan antara kecepatan aliran dengan kecepatan putar baling-baling currentmeter
Dalam pengirigasian air dapat mengalami proses evaporasi yang disebabkan oleh banyak faktor diantaranya yaitu suhu udara, tekanan udara, kelembaban serta angin.,








V         KESIMPULAN


Kesimpulan yang dapat di ambil dari percobaan ini antara lain:
1.         Terdapat tiga metode irigasi permukaan yaitu irigasi basin, border dan furrow
2.        Irigasi permukaan kurang efisien dibandingkan irigasi permukaan, karena air tidak sepenuhnya mengenai sasaran tanaman
3.        Irigasi digunakan untuk persediaan air guna memenuhi kebutuhan air pada tanaman


















DAFTAR PUSTAKA


Gordon, Judit R.1993. A Diagnostic Approach to Organizational Behavior Boston: Allyn and Bacon.

Herliyani at al, 2012. Identifikasi Saluran Primer Dan Sekunder Daerah Irigasi Kunyit Kabupaten Tanah Laut. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin. Jurnal Intekna, Tahun Xii, No. 2: 132 - 139

Notohadiprawiro, T. 1992. Sawah Dalam Tata Guna Lahan. Fakultas Pertanian UPN. Yogyakarta.

Sudjarwadi, 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, UGM, Yogyakarta.

Suyana, at al.1999. Evaluasi Sumbangan Hara dan Kualitas Air dari Irigasi Bengawan Solo. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta.

Wirawan. 1991. Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Sawah Irigasi, hal 141- 167. dalam E. Pasandaran (edt). Irigasi di Indonesia Strategi dan Pengembangan. LP3ES. Jakarta.









LAMPIRAN
1476613327534.jpg
1476613332110.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar