Senin, 21 November 2016

laporan penyakit tanaman



pengenalan gejala dan tanda penyakit tanaman
 (Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)






Oleh

Harina wahyuningsih
1514121114








JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016



I           PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan patogen. Penamaan gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Sebagai akibat terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka akan terjadi perubahan pada tanaman dalam: Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain.Perubahan tersebut seringkali merupakan gejala yang khas untuk penyakit tertentu. Tetapi adakalanya untuk satu macam penyakit menimbulkan lebih dari satu macam perubahan. Sering kali patogen penyebab penyakit tersebut dapat ditemukan pada jaringan yang terserang (internal) atau pada bagian permukan jaringan (eksternal) dalam bentuk tubuh buah, sclerotium dan sebagainya.
Penyebab penyakit digolongkan menjadi dua besar yaitu penyakit yang bersifat abiotik dan yang bersifat biotik. Untuk yang bersifat biotik (tidak hidup) misalnya polutan udara, polutan tanah, suhu dan kelembaban yang ekstrim, . Sedangkan penyakit yang bersifat biotik (hidup) ada 6 kelompok besar yaitu jamur, prokariotik, virus, viroid, nematode, protozoa dan tanaman tinggi parasit.
Hal ini lah yang melatarbelakangi di adakannya praktikum pengenalan gejala dan tanda penyakit tanaman, sehingga praktikan dapat mengidentifikasi kan suatu penyakit tanaman dan dengan itu praktikan dapat melakukan penanggulanggan atau pun pengendalian  agar penyakit- pnyakit tanaman tersebut dapat di minimalisir kan atau bahkan di sembuhkan sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
1.2              Tujuan Praktikum
Adapun tujuan diadakannya praktikum ini antara lain sebagai berikut:
1.        Mengetahui jenis penyakit penting tanaman pangan
2.        Mengetahui dan mengenali perbedaan antara gejala dan tanda penyakit





























II         METODOLOGI PERCOBAAN


1.1              Waktu dan Tempat
Praktikum Mata kuliah Bioekologi Penyakit Tumbuhan yang berjudul pengenalan gejala dan tanda penyaakit ini dilaksanakan pada hari jumat, 23 septemberl 2016 pukul 13:00 – 15:00 WIB. Tempat paktikum yaitu di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

1.2              Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain bagian tanaman yang menunjukan gejala penyakit, alat tulis, kamera, mikroskop majemuk, kaca preparat, dan pipet tetes

1.3              Prosedur Kerja

1.3.1   pengamatan makroskopis

Adapun prosedur kerja yang di lakukan pada pengamatan makroskopis  yaitu yang pertama di amati dengan baik setiap sampel tanaman yang menunjukkan gejala penyakit tanaman yang ada pada tanaman sampel, kemudian dikelompokkan jenis gejala ( nekrosia, hipoplasia, dan hyperplasia), selanjutnya dicatat nama penyakit dan pathogen penyebab penyakit tanaman yang ada.

1.3.2        pengamatan mikroskopis

Adapun langkah kerja yang dilakukan pada pengamatan mikroskopis yaitu yang pertama diamati tanda penyakit di bawah mikroskop, selanjutnya diteteskan air di atas bagian tanaman yang bergejala lalu di korek dengan menggunakan jarum, kemudian air atau suspense tersebut di ambil menggunakan pipet tetes, lalu suspense tersebut di letakkan di atas kaca preparat lalu di tutup dengan cover glass lalu diamati di bawah mikroskop kemudian di amati spora atau hifa, kemudian di oto.

























III        HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1       Data Pengamatan

No.
Foto
Gambar struktur pathogen
1.
Cacar daun cengkeh



Philosticta sp


2.
Busuk buah kakao


 Pihytoptora palmivora


3.
Busuk pangkal lada


Phytoptora capsici

4.
Jamur akar putih pada karet



Cercosporidium henningsii

5.
Bercak hitam daun sorgum


Phillacora sorgii
6.
Busuk merah pada sorgum


Colletotrichum graminicolla.

7.
Bulai tanaman jagung


Peranosclerospora maydis



3.2       Pembahasan

Terdapat berbagai macam penyakit yang telah menyebar dan dapat menyerang tanaman kita, oleh karena itu kita perlu mengetahui nya agar kita dapat mengendalikannya sedini mungkin, agar tidak terlalu merugikan untuk para petani, berikut ini merupakan contoh contoh penyakit yang dapat menyerang tanaman :

1.                  Jamur akar putih
Penyakit ini disebabkan oleh Rigidoporus lignosus. Gejala yang nampak yaitu tajuk daun berwarna pucat, kuning dan kusam, akhirnya kering dan gugur, sehingga terlihat hanya tinggal rantingnya. Tanaman yang sakit dapat membentuk daun-daun  muda atau bunga dan buah lebih awal. Apabila akar dicabut, akan terlihat miselium jamur atau rhizomorf berwarna putih yang menempel pada akar. Akar yang terinfeksi akhirnya berwarna coklat kemudian membusuk. Bagian tanaman yang diserang adalah akar tunggal, akar cabang, akar rambut dan leher akar, yang akan mengakibat pohon mudah tumbang (Sinaga, 2006).

Tanda – tanda tanaman singkong yang terserang jamur akar putih antara lain:
pertumbuhan tanaman merana, pertumbuhan vegetatifnya relatif berhenti, dan disekitar pangkal batang terdapat benang-benang putih yang merupakan miselium jamur akar putih. Ketika dicabut ada umbi yang mulai membusuk.

Oleh karena itu untuk mengendalikan jamur ini dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik berupa trichokompos, dan harus menggunakan pupuk organik yang sudah matang dengan sempurna

2.                  Busuk merah pada tanaman sorgum
Busuk merah (Anthracnose) menyerang pada musim hujan, disebabkan oleh jamur Colletotrichum graminicolla. Gejala penyakit ini dimulai dengan munculnya busuk merah pada daun, batang, tangkai, tangkai malai dan biji. Untuk mencegah penyakit busuk malai  gejala busuk merah pada tangkai malai, bercak mempunyai badan buah pada permukaannya. Tangkai yang sakit sering patah dan pada bagian tersebut empulur menjadi berwarna merah. Bercak-bercak pada daun panjangnya beberapa mm, pusat berwarna kelabu dengan tepi berwarna merah. Badan buah yang teratur dalam cincin-cincin sepusat pada bercak tersebut. Gejala bercak biasanya timbul pada saat tanaman berumur 5 MST. Gejala pada biji terdapat bercak berwarna merah. Patogen yang menyerang tanaman dewasa tidak menyebabkan busuk akar.

Terdapat cara yang ekonomis umtuk mengendalikan penyakit busuk merah yaitu dengan  menanam varietas yang tahan/toleran, dan  menghindari masa pembungaan, pengisian biji dan panen jatuh pada musim hujan
3.        Bercak cokelat pada tanaman singkong
Penyebab penyakit bercak coklat adalah cercosporidium henningsii. hifa jamur ini berkembang dalam ruang sela-sela sel, membentuk stroma dengan garis tengah 20 – 45μm. Stroma membentuk konidiofor dalam berkas – berkas yang rapat. Konidiofor coklat kehijauan pucat, warna dan lebar merata, tidak bercabang, dengan 0 – 2 bengkokan, bulat pada ujungnya dan memiliki bekas spora yang kecil atau sedang. Konidium dibentuk pada kedua sisi daun pada ujung konidiofor, berbentuk tabung, lurus atau agak bengkok, kedua ujungnya membulat tumpul, pangkalnya berbentuk tumpul. Jamur membentuk peritesium hitam, bergaris tengah 100μm, kadang – kadang tampak tersebar pada bercak di permukaan atas daun. Askus seperti gada memanjang, berisi 8 spora.
Gejala yang timbul antara lain yaitu Bercak tampak jelas pada kedua sisi daun. pada sisi atas bercak tampak coklat merata dengan tepi gelap yang jelas. Pada sisi bawah daun tepi bercak kurang jelas dan di tengah bercak coklat terdapat warna keabu-abuan karena adanya konidiofor dan konidium jamur.Bercak berbentuk bulat dengan garis tengah 3 – 12 mm. Jika berkembang bentuk bercak dapat kurang teratur dan agak miring – sudut karena dibatasi oleh tepi daun atau tulang – tulang daun. Jika penyakit berkembang dengan terus menerus daun yang sakit menguning dan mengering dan dapat gugur.Pada cuaca hujan dan panas jenis rentan dapat menjadi gundul.

Penyakit bercak daun coklat dapat dikendalian dengan berbagai cara yaitu dengan menaman varietas tahan seperti Malang-1, Malang-6, UJ-5, Adhira-4;  mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat untuk mengurangi kelembaban;  penyemprotan dengan fungisida.
4.                  Bulai pada tanama jagung
Penyakit bulai atau downy mildew menyerang jagung mulai dari fase bibit maupun pada umur muda (fase vegetatif) 14 HST hingga usia 40 HST penyakit ini disebabkan oleh jamur Peronosclerospora maydis. Penyakit ini menjadi serangan penyakit utama yang sangat dikhawatirkan oleh petani, karena akibat infeksi ini jika tidak tertangani dengan baik petani bisa mengalami kerugian kehilangan hasil hingga mencapai 100% (Puso). Terlebih lagi penyakit ini bisa saja menyerang tanaman pada musim berikutnya, lewat spora cendawan yang berkembang di tanah.

Gejala yang timbul sekilas mirip seperti tanaman kekurangan nutrisi karena pucat, namun jika dicermati akan tampak daun putih menggaris sejajar tulang daun (warna klorotik). Dan pada daerah perakaran kalau dicabut terlihat menggerompol tidak berkembang, sehingga ini mengganggu proses transfer nutrisi kedaun dan keseluruh bagian tanaman. Akibatnya pertumbuhan tanaman akan terhambat, termasuk pada pembentukan tongkol, daun menggulung dan terpuntir serta bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan. Namun serangan bulai yang terjadi pasca terbentuknya tongkol, biasanya tidak begitu berpengaruh dan hanya menampakkan daun yang agak menguning. Peningkatan suhu dan kelembapan akhir-akhir ini juga semakin mempercepat perkembangbiakan juga penyebaran spora bulai, baik melalui media udara, tanah maupun benih.

Berikut beberapa usaha untuk mengatasi penyakit bulai pada jagung :
·       Perlakuan dan Pemilihan Benih
Spora dari bulai pada jagung ini memiliki kemampuan dormansi yang cukup lama sebelum dia menunjukkan gejalanya, sehingga perlu adanya perlakuan benih (imunisasi) terutama pada jenis bibit jagung yang rentan pada penyakit ini.
Cuci bersih bibit jagung sebelum ditanam, lalu rendam dengan campuran 1 L air : 10 mL Bio Optifarm dan tambahkan Fungisida berbahan aktif Dimetomorf seperti Acrobat, Renon, Sirkus, dll sekitar 15-30 menit (takaran menyesuaikan banyaknya bibit jagung yang akan diberi perlakuan ini). Lalu tiriskan dan angin-anginkan ditempat teduh sebelum ditanam, perlakuan ini berfungsi untuk menghambat pertumbuhan dari spora Peronosclerospora maydis Perlakuan dengan cara selain direndam yaitu, untuk 20 Kg benih jagung aduk secara merata dengan campuran 8 tutup Bio Optifarm, 5 tutup perekat, dan fungisida 100 Gram. Setelah rata aduk kembali dengan abu diamkan kurang lebih 1 jam, dan sebelum ditanam sebaiknya lahan di airi dahulu. Cara ini sangat efektif untuk mencegah serta menjaga tanaman jagung dari serangan bulai (bule), mencampurkan Bio Optifarm dalam satu adonan dengan fungisida akan menguatkan bahan aktif didalamnya sekaligus mencegah terjadinya resistensi pada bulai diwaktu akan datang.

Selain itu penggunaan bibit jagung tahan bulai seperti, Pertiwi 2 dan 3, Bima 1 – 3 – 9 – 15, Lamuru dan sebagainya lebih disarankan, terutama pada daerah yang endemik bulai.
·       Persiapan Lahan dan Pola Tanam
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, perlu mempersiapkan juga pengolahan lahan yang baik. Tanah dibajak sekali dan kemudian diratakan dan digaru, tambahkan pupuk berbahan organik dari kohe atau kompos yang sudah matang. Sebelum mulai tanam semprot ke lahan dengan pupuk jagung organik Bio Optifarm 3 tutup : 14 L air (1 tangki semprot), tambahkan juga secara bersamaan Fungisida Acrobat atau fungisida lain berbahan aktif Dimetomorf 10-15 gram semprot secara merata. Ini berfungsi sebagai perlindungan dari penularan spora bulai dari tanah.

Pola tanam yang tidak serempak juga dapat meningkatkan serangan bulai terutama di daerah endemik, karena adanya variasi umur menjadi sumber inokulum untuk musim tanam berikutnya. Akibatnya keberadaan bulai selalu ada di lapangan, kemunculan ini juga semakin banyak jika saat penanaman terlambat sebelum hujan tiba (hujan turun saat jagung belum mencapai umur 14 HST sangat rentan juga terhadap serangan penyakit bulai ini). Lakukan rotasi tanaman yang bukan dari golongan sorgum (periode bebas tanaman jagung), untuk memutus inokulum bulai.
·           Perawatan dan Penanganan
Menjaga selalu sanitasi lingkungan pada lahan, bersihkan dari segala gulma karena berbagai jenis rerumputan juga dapat menjadi inang bagi spora bulai, ini akan memutus sumber inokulum pertanaman berikutnya.

Pemupukan dengan kebutuhan berimbang terutama pada pemupukan pertama dan kedua, selain menggunakan pupuk majemuk NPK 15:15:15, SP-36, dan ZA, penambahan pupuk organik juga diperlukan. Hindarkan pemakaian pupuk Urea (N 46%) ataupun ZA (N 20%) secara tunggal, karena ini akan mengakibatkan tanaman mudah rebah dan menjadi sangat peka terhadap serangan hama dan penyakit. Walaupun nitrogen (N) bagi tanaman penting untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan seperti pada batang, cabang dan daun terutama dalam pembentukan hijau daun dalam kelangsungan fotosintesis.

Selain melakukan pemusnahan pada tanaman yang terinfeksi dengan cara dicabut dan dibakar, untuk melindungi tanaman dari penyebaran infeksi spora bulai lewat udara. Setelah tanam sebaiknya lakukan penyemprotan dengan pupuk jagung organik Bio Optifarm. ( ardian,2009)

5.                  Hawar daun

Gejala dari penyakit ini ditandai dengan adanya bercak berwarna kehitaman, bercak tersebut dapat membesar dan menjadi hawar. Bagian daun yang telah terserang oleh penyakit ini, selanjutnya akan berubah menjadi kering.

Pengendalian penyakit hawar daun bakteri akan lebih berhasil bila dilaksanakan secara terpadu, mengingat berbagai faktor dapat mempengaruhi penyakit ini di lapangan, misalnya keadaan tanah, pengairan, pemupukan, kelembaban, suhu dan ketahanan varietas padi yang ditanam. Usaha terpadu yang dapat dilaksanakan mencakup penanaman varietas yang tahan, pembuatan persemaian kering atau tidak terendam air, jarak tanam tidak terlalu rapat, tidak memotong akar dan daun bibit yang akan ditanam, air tidak terlalu tinggi pada waktu tanaman baru ditanam dan menghindari pemberian pupuk N yang terlalu tinggi.

6    bercak cokelat pada talas
Penyakit bercak cokelat pada dun talas ini disebabkan oleh Cladosporium colocasiae (Saw.) Bugnicourt,

gejala berupa bercak berbentuk bulat, berwarna kemerahan, berdiameter 0,5-1,5 cm, dan pada terletak di kedua sisi permukaan daun.

Tanda tanda penyakit ini yaitu Konidium cendawan terbentuk pada konidiofor panjang berwarna cokelat. Cendawan ini bersifat parasit lemah, berkembang pada substrat hasil sekresi kutu daun, kutukebul, dan kutu perisai yang terdapat pada tanaman talas (semangun, 1996)
7       bercak hitam pada sorgum

Gejala berupa bercak kecil kecil berwarna hitam, mengkilat yang menyebar sepanjang daun. Bercak brcak tersebut di kelilingi oleh halo berwarna kuning











IV        KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:
1.        Gejala penyakit adalah perubahan pada tanaman yang dapat di lihat dengan kasat mata sedangkat tanda adalah struktur patogennya yang dapat di lihat secara mikroskopis.
2.        Setiap penyakit tanaman memiliki gejala dan tanda penyakit yang berbeda beda
3.        Gejala menpunyai tiga tipe yaitu gejala nekrosa, gejala hipolasia, dan gejala hyperplasia.
4.        Tanaman abnormal yaitu tanaman yang tidak dapat menjalankan fungsi fisiologisnya secara normal dan terdapat penamapan yang tidak normal.











DAFTAR PUSTAKA


Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Sinaga, Meity Suradji. 2006. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.

WP, Ardian. 2009. Gejala Penyakit Tanaman. (http://ardian88.blogspot.com/2009/09/gejala-penyakit-tanaman.html). Diakes  6 oktober 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar