pengenalan beberapa ordo serangga (3)
serangga sebagai hama dan musuh alami
(Laporan Praktikum Bioekologi Hama
Tumbuhan)
Oleh
Harina wahyuningsih
1514121114
kelompok 6
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Segala upaya untuk mencegah kerugian pada usaha budidaya tanaman, yang
diakibatkan oleh pengganggu tanaman disebut
perlindungan tanaman. Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di ala mini yang jumlahnya kurang lebih 50% dari jumlah populasi
mahluk hidup di bumi. Jumlah serangga melebihi
hewan melata daratan lainnya sehingga serangga terdapat di
mana-mana.
Hama adalah suatu oganisme yang menimbulkan kerusakan
pada tanaman dan dapat dilihat dengan mata. Hama dapat
merusak tanaman secara langsung maupun secara tidak langsung. Hama yang merusak
secara langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya gerekan dan gigitan.Dampak yang timbul akibat serangan
hama menyebabkan kerugian baik terhadap nilai ekonomi produksi, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, serta petani sebagai pelaku budiaya tanaman dengan
kegagalan panen serta turunnya kwalitas dan kuantitas hasil panen. Pengendalian
hama yang tidak sesuai dan tepat akan memberikan dampak kerugian yang lebih
besar dari pada serangan hama itu sendiri terhadap tanaman.
Adapun manfaat dalam mempelajari
hama tanaman khususnya ke enam ordo serangga hama adalah agar praktikan dapat
mengenal berbagai jenis serangga
hama, jenis mulut, daur hidup, tipe perkembangbiakan dan siklus penyerangannya
sehingga dapat diketahui cara yang tepat untuk pengendalian serangga hama
tersebut.
Oleh karena itu dilakukan
praktikum pengenalan ordo-ordo serangga
kali ini untuk mengetahui berbagai ordo serangga yang berperan sebagai hama ataupun
berpean sebagai musuh alami,untuk mengetahui cara penanggulangan hama pada
tanaman agar tidak menyebabkan efek yang lebih parah bagi tanaman.
II.
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
yaitu antara lain specimen serangga yang terdiri dari kupu kupu, kumbang badak,
tawon, lalat buah, dan semut rang rang, serta alat tulis dan kamera.
3.2 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang di lakukan pada praktikum ini
yaitu :
1. disiapkan
semua alat dan bahan
2. damati
masing-masing serangga yang telah disiapkan.
3. dicatat
ordo serangga, tipe perkembangan, bentuk sayap, tipe alat mulut, dan
bagian-bagian tanaman yang diserang pada masing-masing serangga
4. Setelah
itu menggambar serangga
5. di foto
specimen serangga sebagai dokumentasi laporan
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Pengamatan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan maka didapat hasil pengamatan sebagai berikut :
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Kumbang
badak
|
(Oryctes rhinoceros)
Ordo
: Coleoptera
Family :Scarabaidae
|
2.
|
Lalat buah
|
(Bactrocera dorsalis)
Ordo : Diptera
Family : Tephritidae
|
3.
|
Kupu – kupu
|
(Spodoptera
litura)
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
|
4.
|
Semut rang rang
|
(Dechophylla smaragdina)
Ordo : Hymenoptera
Famili : Formitidae
|
5.
|
Tawon
|
(Braconidwasps)
Ordo : Hymenoptera
Family : Braconidae
|
3.2. Pembahasan
Setiap serangga mempunyai karakteristik yag berbeda
mulai dari bentuk mulut, siklus hidup, cara menyerang tanaman hingga
menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada tanaman, berikut ini adalah
penjelasan tentang serangga-serangga pada praktikum yang telah di lakukan:
3.2.1. Kumbang
badak
Kumbang badak (Oryctes
rhinoceros L.) Merupakan serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna yang daur Hidup dari ordo ini melewati masa perkembangan
dengan tipe holometabola yaitu melewati tahap telur, larva, pupa dan
kemudian imago. Imago ini yang kemudian kembali melakukan perkawinan dan
bertelur serta meletakan telurnya di tanaman demikian siklus ini berjalan terus
menerus secara berkesinambungan
Larva yang baru menetas berwarna
putih dan setelah dewasa berwarna putih kekuningan, warna bagian ekornya agak
gelap dengan panjang 7-10 cm. Larva deasa berukuran panjang 12 mm dengan kepala
berwarna merah kecoklatan. Tubuh bagian belakang lebih besar dari bagian depan.
Pada permukaan tubuh larva terdapat bulu-bulu pendek dan pada bagian ekor
bulu-bulu tersebut tumbuh lebih rapat. Stadium larva 4-5 bulan ( Suhadirman,
1996), bahkan adapula yang mencapai 2-4 bulan lamanya (Nayar, 1976). Stadium
larva terdiri dari 3 instar yaitu instar I selama 11-21 hari, instar II selama
12-21 hari dan instar III selama 60-165 hari (Berdford,1980).
Kumbang
dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari dan mulai bergerak ke bagian
salah satu ketiak pelepah daun paling atas. Kumbang merusak pelepah daun yang
belum terbuka dan dapat menyebabkan pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru
terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan kemudian berupa guntingan
segitiga seperti huruf ”V”. Gejala ini merupakan ciri khas kumbang O.
rhinoceros (Purba, dkk. 2008). Serangan hama O. rhinoceros dapat menurunkan
produksi tandan buah segar pada panen tahun pertama hingga 60 % dan menimbulkan
kematian tanaman muda hingga 25 % (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2009)
Oryctes
Rhinoceros menyerang tanaman kelapa yang masih muda maupun yang sudah dewasa.
Satu serangan kemungkinan bertambah serangan berikutnya. Tanaman tertentu lebih
sering diserang. Tanaman yang sama dapat diserang oleh satu atau lebih kumbang
sedangkan tanaman di dekatnya mungkin tidak diserang.. Kumbang dewasa terbang
ke ucuk pada malam hari, dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu
ketiak pelepah bagian atas pucuk. Biasanya ketiak pelepah ketiga, keempat,
kelima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling disukai. Setelah kumbang
menggerek kedalam batang tanaman, kumbang akan memakan pelepah daun mudah yang
sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat, maka bekas
gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat
setelah daun membuka. Bentuk guntingan ini merupakan ciri khas serangan kumbang
kelapa Oryctes.
3.2.2. Lalat buah (Bactrocera dorsalis)
Lalat buah
adalah organisme yang memiliki ciri yang sudah dikenal dan sesuai untuk
penyelidikan genetika karena mudah berkembang biak dan memiliki siklus hidup
singkat. Sepasang lalat buah dapat menghasilkan 300-400 butir telur. Siklus
hidup drosophila terdiri atas stadium telur, larva, pupa, dan imago. Telur
Drosophila sp. Telur Drosophila berukuran kira-kira 0,5 mm berbentuk lonjong,
permukaan dorsal agak mendatar, sedangkan permukaan ventral agak membulat. Pada
bagian anterodorsal terdapat sepasang filament yang fungsinya yang melekatkan
diri pada permukaan, agar telur tidak tenggelam pada medium. Pada bagian ujung
anterior terdapat lubang kecil yang disebut micropyle, yaitu tempat masuknya
spermatozoa. Telur yang dikeluarkan dari tubuh biasanya sudah dalam tahap
blastula. Dalam waktu 24 jam telur akan menetas menjadi larva. Larva yang
menetas ini akan mengalami 2 kali pergantian kulit, sehingga periode stadium
yang paling aktif. Larva kemudian menjadi pupa yang melekat pada permukaan yang
relative kering, yaitu pada dinding botol kultur atau pada kertas saring. Pupa
akan menetas menjadi imago setelah berumur 8-11 hari bergantung pada spesies
dan suhu lingkungan. .
Dewasa pada Drosophila sp dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan. Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio.
Pengendalian serangga hama ini adalah dengan pancingan minyak sereh wangi. Untuk membunuh lalat buah yang tertarik datang pada minyak sereh wangi yang diteteskan pada kapas, diperlukan bahan lain, misalnya deterjen atau bahan perekat. Dengan menambahkan bahan perekat pada tetesan minyak sereh wangi pada kapas ternyata dapat menambah keefektikan dalam mengendalikan populasi lalat buah jantan maupun betina.(Semangun, 2002)
3.2.3 Semut rang-rang (Dechophylla smaragdina)
Decophylla
smaragdina
merupakan salah satu semut yang mempunyai kemampuan untuk membentuk sarang di
bagiantajuk pohon. Sarang dibentuk dari jalinanbeberapa helai daun muda
denganmenggunakan sutera yang dikeluarkan darimulut larva. Sarang bersifat polydomous
artinyasatu koloni mendiami banyak sarang dalam satupohon atau dalam pohon
yang berbeda. Dalamsatu sarang dapat ditemukan ratusan sampairibuan semut
pekerja. Pemindahan koloni dapat terjadi jikasarang yang ditempati
telah rusak. Pemindahanlarva dilakukan untuk membuat sarang baruatau
memperbaiki sarang yang rusak. Wojtusiak& Godzinska (1993) dalam
Harlan, 2006 menyatakan bahwa respon O. longinoda memperbaiki sarang
sangat cepatselama musim hujan dibandingkan denganmusim kemarau. Pemindahan
larvakemungkinan dilakukan pada malam hari(Tjitrosemito & Kasno, 2004 dalam
Harlan, 2006).
Semut rang
rang merupakan serangga dari ordo hymenoptera dan masuk kedalam famili
formitidae. Serangga ini memiliki tipe alat mulut menggigit dan menghisap
(haustelata) dengan metamorfosis sempurna (holometabola) dengan tahapan mulai
dari telur kemudian larva, lalu pupa dan imago.
Telur semut
berwarna putih, berbentuk lonjong, panjangnya 1,0-1,5 mm dan lama fase telur
adalah 14 hari.Telur diproduksi 10-20 hari setelah kopulasi antara ratu dan
semut jantan. Produksi telur semut hitam rata-rata 1.300-1.700 butir per tahun.
Telur-telur tersebut diletakkan di dalam sarangnya yang berada di lubang-lubang
pohon atau di balik dedaunan (Cadapan et al., 1990).
Telur-telur
semut yang menetas akan menjadi larva. Larva semut berwarna putih seperti
belatung, kepala terdiri atas 13 segmen, dan lama fase larva adalah 15 hari.
Larva semut mendapatkan pakan 15 berupa cairan ludah dari kelenjar saliva
ratu,dari cadangan lemak otot terbang ratu, atau diberi makan oleh semut
pekerja. Fase larva merupakan fase aktif makan karena pada fase ini mereka
harus menyimpan energi yang cukup untuk memasuki fase pupa (Hasmi et al.,2006).
Semut rangrang
menjadi musuh alami pada sekitar 16 spesies hama yang menyerang tanaman yaitu
kakao, kelapa, kelapa sawit, mangga, eukaliptos dan jeruk. Semut Rangrang
dikenal sebagai predator yang agresif dan aktif memburu mangsa. Mangsa semut yang beraneka macam,
mulai macam serangga, termasuk PBK (penggerek buah kakao). Pengamatan
dilapangan menunjukkan bahwa semut ini juga sering ditemui berkumpul dalam
jumlah banyak pada buah kakao yang mempunyai populasi kutu putih. Selain itu
Rangrang juga dapat memangsa larva PBK yang akan berpupa, Rangrang dapat
mengganggu imago PBK untukmeletakkan telurnya sehingga semut ini merupakan
agens hayati yang potensial untuk mengendalikan PBK (Way dan Khoo, 1992)
3.2.4..
kupu-kupu (Spodoptera
litura)
Kupu kupu
merupakan musuh alami bagi hama, namun dapat menajadi hama saat masih menjadi
larva (ulat). Salah satu. Ulat ini memiliki tipe mulut mandibulata yang digunakan untuk memakan dedaunan.
Ulat
berasal dari kupu-kupu yang kemudian melakukan proses perubahan bentuk.
Kupu-kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika menetas menjadi larva. Kita
bisa sebut larva kupu-kupu sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif memakan dedaunan
bahkan pangkal batang yang ia singgahi sehingga hal ini sangat merugikan bagi
para petani, terutama pada saat malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat hanya
tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Upaya pemberantasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Membuang telur-telur kupu-kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
b. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
c. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida secukupnya.
Upaya pemberantasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Membuang telur-telur kupu-kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
b. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
c. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida secukupnya.
3.2.5 Tawon (Braconidwasps)
Tawon
- seperti anggota Hymenoptera lainnya - menjalani metamorfosis
sempurna yang berarti mereka menjalani 4 tahap dalam pertumbuhannya: telur,
larva, kepompong, dan dewasa. Larva tawon umumnya tidak memiliki mata, kaki,
dan rahang untuk mengunyah sehingga agar bisa makan, ia bergantung pada
induknya yang menaruhnya saat masih menjadi telur di dekat makanannya. Larva
tawon yang bertumbuh akan mengalami pergantian kulit berkali-kali hingga
akhirnya menjadi kepompong. Kepompong tawon biasanya berbentuk mirip dengan
tawon dewasa, namun berwarna pucat. Tawon yang sudah menjalani fase kepompong
kemudian akan menetas keluar dari kepompongnya, lalu menunggu sejenak agar
sayapnya kering sebelum bisa dipakai untuk terbang
Tawon ini
sudah dikenal umum. Ada bermacam-macam dengan panjang sekitar 1 cm sampai 4 cm.
Tawon ini membuat sarang dari kertas atau tanah untuk memelihara anaknya.
Sengatannya menyakitkan. Tawon ini efektif untuk memburu banyak jenis ulat
termasuk ulat jengkal. Ia mampu menangkap ulat besar. Macam-macam serangga lain
juga dimakan oleh tawon ini. Selain serangga, dia juga makan sari madu dari
bunga.
Tawon kertas
ini adalah serangga sosial yang membuat sarang dari kertas. Seperti semut,
masyarakat tabuhan kertas ini dikuasai oleh ratu. Kertasnya di produksi tawon
ini dengan cara mengunyah kulit pohon. Ratu tawon meletakkan sebutir telur
dalam setiap lubang atau sel di sarang itu dan kemudian menetas menjadi larva
yang diberi makan oleh kaum pekerja di dalam sarang. Telur menetas dan tawon
pekerja membawa potongan tubuh ulat atau serangga lain untuk makanan larva.
Madu juga dibawa untuk makanan larva. Setelah keluar dari kepompong, tabuhan
ini muncul sebagai tawon pekerja yang baru. Ia meneruskan hidupnya sebagai
pekerja dewasa, dan ikut mencari makanan untuk sarang. Tawon pekerja tidak
kawin. Hanya ratu saja yang kawin dan meletakkan telur.
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1.
Setiap hama yang
menyerang tanaman menimbulkan gejala yang berbeda
2.
Setiap serangga
memiliki metamorphosis, tipe mulut dan cara penyerangan pada tanaman yang
berbeda
3.
Serangga yang
hakikatnya menjadi musuh alami, memangsa hama-hama yang hendak mengganggu
tanaman
4.
Musuh alami
selain bersifat predator ada juga yang bersifat parasitoid
5.
Hama yang
menyerang tanaman harus segera di kendalikan agar tidak menimbulkan efek yang
cukup luas pada tanaman
DAFTAR PUSTAKA
Cadapan,
E.P; M. Moezirdan A.A. Prihatin.1990. Semut Hitam. Berita Perlindungan Tanaman
Perkebunan2(1): 5-6.
Harlan,
I. 2006. Aktivitas Pencarian Makan Dan Pemindahan Larva Semut Rangrang Oecophylla
smaragdina (Formicidae: Hymenoptera). IPB. Bogor
Hasmi, S., Yahaya,
A., Ramli, J. 2009. Dicipline among secondary secondary school students in
Johor Bahru , Malaysia. Europea Journal of Social Sciences, 11: 659-675
Sumangun H. 2000. Penyakit-penyakit
Tanaman Hortikultura Di Indonesia.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar