Senin, 21 November 2016

laporan pengenalan kerusakan tanaman



pengenalan gejala kerusakan tanaman
 (Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tumbuhan)






Oleh

Harina wahyuningsih
1514121114
kelompok 6






logo-unila-bw.jpg







JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
I.                   PENDAHULUAN


1.1.       Latar belakang

Seperti kita ketahui bahwa tanaman adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang memiliki manfaat sangat besar terutama bagi kepentingan manusia. Sebagian besar produk/hasil tanaman tersebut dimanfaatkan oleh manusia untuk kepentingan hidup dan kehidupannya. Namun sebaliknya, produk atau hasil tanaman tersebut juga diminati makhluk hidup lain yaitu hama. Keadaan  inilah yang menyebabkan manusia harus senantiasa berusaha agar produk atau hasil tanaman yang dibudidayakan tersebut terhindar dari gangguan organisme pengganggu tanaman.. Herbivora yang berada pada tanaman tidak semuanya menimbulkan kerusakan. Ada herbivora yang keberadaannya dikehendaki ada juga yang tidak. Herbivora yang keberadaannya tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman yang dibudidayakan disebut hama. Jadi selama keberadaannya ditanaman tidak menimbulkan kerusakan secara ekonomis, maka herbivora tersebut belum berstatus hama.

Hama adalah semua  herbivora yang dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan oleh manusia secara ekonomis. serangan hama dapat mengakibatkan produktivitas tanaman menjadi menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen yang dapat menyebabkan kerugian . Oleh karena itu kehadirannya perlu dikendalikan. Pengendalian dilakukan ketika populasi suatu hama di lahan telah melebihi batas Ambang Ekonomik. Dalam kegiatan pengendalian hama di perlukan pengenalan terhadap jenis-jenis hama, serta gejala kerusakan tanaman. Hal ini  menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah atau tindakan pengendalian.

1.2       Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dilakukan praktikum kali ini ialah sebagai berikut:
1.        Mengetahu gejala-gejala serangan pada tanaman yang di sebabkan oleh hama
2.        Mengetahui karakteristik setiap hama dalam menyerang tanaman





































I.                   METODOLOGI PERCOBAAN


3.1     Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu antara lain sampel tanaman yang telah terserang hama seperti hama penggerek buah kopi, hama penggerek buah kakao, ulat kantung, kutu sisik, pengorok daun, tungau, hips, penghisap buah lada dan kutu putih. Alat lain yang di gunakan yaitu kamera dan alat tulis.

3.2     Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang di lakukan pada praktikum ini yaitu :
1.       Disiapkan semua alat dan bahan
2.             Diamati masing-masing sampel tanaman yang sudah terserang hama
3.       Dicatat gejala-gejala yang ditimbulkan hama pada tanaman yang diserang pada masing masing sampel
4.       di foto sampel tanaman yang ada sebagai dokumentasi laporan

I.                   HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1       Tabel Hasil Pengamatan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di dapatkan table sebagai berikut
No
Gambar Hama
Kerusakan  Tanaman
Keterangan
1
Penggerek buah Kakao
penggerek buah kakao.png

index.jpg
Nama Ilmiah;
Conopomorpha cramerella
Gejala  serangan :
-buah lengket
-biji lebih kisut
-kualitas menurun
2
Penggerek Buah kopi
http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/02-Gambar%201%20Imago%20hama%20PBKo.JPG

1479297207339.jpg
Nama Ilmiah:
Hypothenemus hampei
Gejala serangan :
-buah kopi kopong
-terdapat lubang di ujung buah kopi
3
Kutu sisik
kutu sisik.jpg

1479297232704.jpg
Nama Ilmiah:
Coccus viridis
Gejala serangan :
-menimbulkan bercak
-kutu yang banyak berupa seperti sisik

4
Ulat Kantung
ulat kantung.jpg

1479297211161.jpg
Nama Ilmiah:
Mahasena corbetti
Gejala serangan:
-daun berlubang pada bagian tengah daun
5
Tungau
Tungau karat

1479297223094.jpg
Nama Ilmiah
Tetracychus kanzawai
Gejala Serangan:
-menimbulkan bercak yang mengumpul di daun
6
Pengorok Daun
hama pengorok.jpg

1479297213477.jpg
Nama Ilmiah:
Liriomyza huidobrensis,
Gejala Serangan:
-jaringan dalamnya termakan
7
Thrips
thrips.jpg

1479297216733.jpg
Nama Ilmiah:
Thrips sp
Gejala serangan:
-daunnya menggulung nggulung
8
Penghisap Buah Lada
penghisap lada.jpg

1479297228821.jpg
Nama Ilmiah
Dasynus piperis
Gejala serangan:
-buah akan kisut dan berwarna hitam bekas hisapannya
9
Kutu Putih
kutu putih.jpg

1479297220063.jpg
Nama Ilmiah:
Paracoccus marginatus
Gejala serangan:
-pertumbuhan tanaman kerdil


3.2  Pembahasan
Setiap hama memiliki karakteristik metamorfosis, alat mulut dan menimbulkan gejala kerusakan yang berbeda beda pada tanaman yang diserang. Berikut adalah penjelasan dari masing masing serangga.

3.2.1.  Penggerek buah kakao
Taksonomi Penggerek Buah kakao menurut (Snellen, 1904) adalah sebagai berikut:
Kerajaan          :           Animalia
Filum               :           Arthropoda
Kelas               :           Insecta
Urutan             :           Lepidoptera
Keluarga          :           Gracillariidae
Genus              :           Conopomorpha
Spesies            :           C. cramerella
Nama binomial:           Conopomorpha cramerella

Penggerek buah kakao memiliki fisiologi seperti larva panjangnya sekitar 1 cm, tubuh bergaris, memiliki abdomen, dan alat pembuangan. Sekurangnya dibutuhkan waktu 35 – 45 hari oleh hama PBK untuk berkembang dari telur menjadi imago (serangga dewasa), sehingga wajar dalam waktu yang cukup singkat perkembangan hama PBK ini sangat cepat. Siklus hidup serangga PBK ini sama seperti umumnya serangga lain yaitu : telur, larva, pupa dan imago (Hase, 2009).
Siklus hidupnya dimulai dari. Telur telur berwarna kuning jingga berbentuk lonjong pipih dan ber-ukuran 0.5 mm x 0.3 mm, diletakkan satu per satu oleh ngengat betina pada alur-alur permukaan buah. Enam-tujuh hari kemudian larva berwarna kekuningan yang panjangnya 1 mm ke-luar dari telur, langsung menggerek ke dalam buah dan tetap tinggal di dalam buah sampai menjelang berkepompong. Larva membuat liang gerekan di bawah kulit buah dan di antara biji serta memakan daging buah. Pada buah yang relatif muda hal itu menyebabkan biji melekat pada kulit buah dan melekat satu sama lain, sedang pada buah matang tidak me-nimbulkan kerusakan berarti pada biji tapi dapat menurunkan mutu biji. Gerekan pada buah muda menyebabkan biji tidak berkem-bang, lebih-lebih apabila terjadi perusakan pada saluran makanan yang menuju biji. Telur jarang diletakkan pada buah yang sangat muda. Apabila hal itu terjadi, larva PBK biasanya banyak yang mati atau tidak berkembang baik. Serangan larva PBK pada buah bagian anterior akan me-nyebabkan kerusakan lebih serius terhadap per-kembangan biji atau bahkan menyebakan pembu-sukan (Hase, 2009).
Tanaman inang dari penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) adalah tanaman kakao, dan tanaman-tanaman disekitarnya, yang dapat memungkinkan induk ngengat dapat tumbuh menjadi ngengat dewasa.

Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi. Gejala baru tampak dari luar setelah buah kakao matang di musim panen, buah kakao yang terserang berwarna agak jingga atau pucat keputihan, buah menjadi lebih berat dan bila diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding buah. Hal itu terjadi karena timbulnya lendir dan kotoran pada daging buah dan rusaknya biji-biji di dalam buah. Kerusakan daging buah akibat serangan PBK disebabkan oleh enzim hek-so-kinase, malate dehidrogenase, fluorescent esterase and malic enzyme polymorphisms yang disekresi-kan oleh PBK (Suparno, 2009).
3.2.2  Penggerek Buah Kopi
Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insekta
Ordo                : Coleoptera
Family             : Scolytidae
Genus              : Hypothenemus
Spesies            : Hypothenemus hampei

Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus. hampei ) bermetamorfosis sempurna dengan tahapan telur, larva, pupa dan imago atau serangga dewasa.  Kumbang betina lebih besar dari kumbang jantan.  Panjang kumbang betina lebih kurang 1,7 mm dan lebar 0,7 mm, sedangkan panjang kumbang jantan 1,2 mm dan lebar 0,6-0,7 mm. Kumbang betina yang akan bertelur membuat lubang gerekan dengan diameter lebih kurang 1 mm pada buah kopi dan biasanya pada bagian ujung. Kemudian kumbang tersebut bertelur pada lubang yang dibuatnya. Telur menetas 5-9 hari. Stadium larva 10-26 hari dan stadium pupa 4-9 hari. Pada ketinggian 500 m dpl, serangga membutuhkan waktu 25 hari untuk perkembangannya. Pada ketinggian 1200 m dpl, untuk perkembangan serangga diperlukan waktu 33 hari . Lama hidup serangga betina rata-rata 156 hari, sedangkan serangga jantan maksimal 103 hari.

Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30 -50 butir. Telur menetas menjadi larva  yang menggerek biji kopi. Larva menjadi kepompong  di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari kepompong. Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi. Serangga dewasa atau imago, perbandingan antara serangga betina dengan serangga jantan rata-rata 10:1. Namun, pada saat akhir panen kopi populasi serangga mulai turun karena terbatasnya makanan, populasi serangga hampir semuanya betina, karena serangga betina memiliki umur yang lebih panjang dibanding serangga jantan. Pada kondisi demikian perbandingan serangga betina dan jantan dapat mencapai 500:1.           Serangga jantan H.hampei tidak bisa terbang, oleh karena itu mereka tetap tinggal pada liang gerekan di dalam biji. Umur serangga jantan hanya 103 hari, sedang serangga betina dapat mencapai 282 hari dengan rata-rata 156 hari. Serangga betina mengadakan penerbangan pada sore hari, yaitu sekitar pukul 16.00 sampai dengan 18.00 (Wiryadiputra, 2007).

Pada umumnya H. hampei menyerang buah dengan endosperma yang telah mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Buah demikian tidak berkembang, warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji berlubang.   Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa kopi dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen senyawa kimia yang terkandung dalam biji (Tobing et al., 2006).

Serangga H. hampei masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar diskus. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah, serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah (PPKKI, 2006). 

Serangan H. hampei pada buah muda menyebabkan gugur buah. Serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu rendah (PPKKI, 2006). H. hampei diketahui makan dan berkembang biak hanya di dalam buah kopi saja. Kumbang betina masuk ke dalam buah kopi dengan membuat lubang dari ujung buah dan berkembang biak dalam buah (Irulandi et al., 2007).

3.2.3  Kutu Sisik
Hama kutu sisk di klasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia 
Phylum            : Arthropoda 
Class                : Insecta 
Order               : Homoptera    
Family             :  Coccidae  
Genus              : Coccus
Species            : Coccus viridis

Serangga ini tergolong famili Cocidae adalah Coccus viridis ( green ) atau nama sinonimnya Lecanium viridae. Serangga ini kutu sisik hijau lunak atau kutu sisik hijau kopi. Hama ini merupakan pemakan segala tanaman ( poilfag ) dan tersebar didaerah tropis dan subtropis, diantaranya Indonesia terutama didataran rendah dan udara kering. Kutu sisik hijau kopi berbentuk bulat dan datar. Panjang tubuhnya ± 3 – 5 mm. Kutu yang hidup pada tunas muda badannya lebih besar dan lebih cembung daripada yang hidup pada daun. Sementara itu, kutu yang hidup pada tanaman kurus biasanya berukuran kecil. Tanaman inangnya yaitu Kopi, jeruk, teh, mangga, jambu, biji, jambu air, dan cengkeh.
Kutu hijau ini ovivipar. Telur yang dihasilkan diletakkan dibawah betinanya. Setelah beberapa jam kemudian, telur akan menetas. Jumlah telur bisa mencapai 500 butir. Setelah menetas nimfa tetap tinggal beberapa dibawah badan induknya. Selanjutnya nimfa menetap dibawah permukaan daun, tunas, dan buah. Sesudah mulai bertelur, kutu betina tetap tinggal di tempat sampai mati. Perkembangan dari telur didataran rendah ± 45 hari, sedangkan didaerah lebih sejuk sekurang – kurangnya 65 hari. Walaupun yang menetas banyak, nimfa yang dapat terus hidup tidak banyak. Kutu jantan jarang atau tidak ada sehingga reproduksinya dilakukan secara parthenogenesis. Kutu hijau ini selalu dikunjungi semut yang dapat melindunginya dari predator. Dengan perlindungan semut tertentu, perkembangannya lebih pesat. Kutu akan mencapai jumlah yang terbanyak pada akhir musim kering. Julahnya akan berkurang saat mulai musim hujan karena timbulnya cendawan patogen.
3.2.4  Ulat Kantung
Menurut Thrisarno (1994) hama Ulat Kantung ini diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insekta
Ordo                : Lepidoptere
Family             : Psychidae
Genus              : Mahasena
Spesies            : Mahasena corbetti

Ciri khas ulat kantong adalah hidupnya di dalam sebuah bangunan mirip kantong yang berasal dari potongan-potongan daun, tangkai bunga tanaman inang, di sekitar daerah serangan (Norman et al., 1995). Ciri khas yang lain yakni pada bagian tubuh dewasa betina kebanyakan spesies ulat kantong mereduksi dan tidak
mampu untuk terbang. Jantan memiliki sayap dan akan mencari betina karena
bau feromon yang dikeluarkan betina untuk menarik serangga jantan.

Stadia ulat kantung terdiri atas 4-5 instar dan berlangsung sekitar 50 hari. Pada waktu berkepompong, kantong kelihatan halus permukaan luarnya, berukuran panjang sekitar 15 mm dan menggantung seperti kait di permukaan bawah daun. Stadia kepompong berlangsung selama 25 hari.

Ngengat ulat kantung betina dapat menghasilkan telur sebanyak 100-300 butir selama hidupnya. Telur menetas dalam waktu 18 hari. Ulat berukuran lebih kecil dibandingkan dengan M. corbetti yakni pada akhir perkembangannya dapat mencapai panjang sekitar 12 mm, dengan panjang kantong 15-17 mm.

Ngengat ulat kantung jantan bersayap normal dengan rentangan sayap sekitar 30 mm dan berwarna coklat tua. Seekor ngengat M. corbetti betina mampu menghasilkan telur antara 2.000-3.000 butir (Syed, 1978). Telur menetas dalam waktu sekitar 16 hari. Ulat yang baru menetas sangat aktif dan bergantungan dengan benang-benang liurnya, sehingga mudah menyebar dengan bantuan angin, terbawa manusia atau binantang. Ulat sangat aktif makan sambil membuat kantong dari potongan daun yang agak kasar atau kasar. Selanjutnya ulat bergerak dan makan dengan hanya mengeluarkan kepala dan kaki depannya dari dalam kantong. Ulat mula-mula berada pada permukaan atas daun, tetapi setelah kantong semakin besar berpindah menggantung di bagian permukaan bawah daun kelapa sawit. Pada akhir perkembangannya, ulat dapat mencapai panjang 35 mm dengan panjang kantong sekitar 30-50 mm. Stadia ulat berlangsung sekitar 80 hari. Ulat berkepompong di dalam kantong selama sekitar 30 hari, sehingga total siklus hidupnya adalah sekitar 126 hari.

Serangan yang ditimbulkan oleh ulat kantung pada daun kelapa sawit terlihat seperti berlubang, kemudian melidi dan mengering. Pada larva instar awal bagian yang dimakan adalah bagian epidermis atas daun, sedangkan untuk larva instar akhir, bagian yang dimakan adalah epidermis bawah (Susanto, 2010). Ambang populasi kritis Mahasena corbetti adalah 4-5 ekor per pelepah.

3.2.5  Tungau
Klasifikasi shukla (2010) serangga Tungau yaitu sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Arachnida
Ordo                : Acarina
Famili              : Tertachidae
Genus              : Tertacychus
Spesies            : Tetracychus kanzawai

Siklus hidup T. kanzawai  terdiri dari telur, larva, nimfa (protonimfa dan  deutonimfa) dan dewasa.  Telur umumnya diletakkan pada permukaan bawah  daun tapi terkadang juga pada permukaan atas daun bila populasi  T. kanzawai  berlimpah.  Telur berbentuk bulat seperti bola dan saat baru diletakkan  berwarna putih bening.  Larva dan nimfa berwarna hijau kekuningan dengan bintik gelap pada bagian dorsolateral idiosoma seperti pada gambar 1 (Ehara 2002).  Tungau  dewasa umumnya berwarna merah atau merah kekuningan (Ehara 2002).  Warna tubuh imago T. kanzawai terkadang dipengaruhi oleh tanaman inangnya.  Tungkai berwarna kekuningan.  Betina dewasa berukuran sekitar 400-500 µm dan jantan dewasa lebih kecil dengan hysterosoma yang meruncing.  Imago  T. kanzawai jantan memiliki knob yang besar pada aedeagus (Zhang 2003).

Gejala kerusakan yang diakibatkan oleh tungau hama ini bervariasi tergantung jenis tanamannya.  Nekrotik merupakan gejala yang pasti terjadi pada daun yang terserang tungau hama ini, kemudian daun tersebut mengering. Populasi tungau yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian tanaman. Populasi T. kanzawai dapat meningkat dalam waktu yang cepat.  Hal ini berkaitan dengan waktu perkembangan T. kanzawai  yang singkat, yaitu berkisar 12-19 hari pada suhu 20-25°C (Zhang 2003).  Keberhasilan hidup sampai tahap imago dapat mencapai 80 %.  Nisbah kelamin bersifat female biased dengan nilai 1:3.  Imago betina memiliki lama hidup yang lebih panjang dibandingkan imago jantan.  Tingkat fekunditas bervariasi dan dipengaruhi oleh suhu.  Satu imago betina dapat bertelur sebanyak 28-76 butir pada kisaran suhu 15-30°C (Zhang 2003).

3.2.6.  Pengorok daun
Menurut Kalshoven (1981) hama Pengorok daun ini diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insekta
Ordo                : Diptera
Family             : Agromyzidae
Genus              : Liriomyza
Spesies            : Liriomyza huidobrensis,

Serangga dewasa berupa lalat kecil berukuran sekitar 2 mm. Fase imago betina 10 hari dan jantan 6 hari. Serangga betina menusuk daun melalui ovipositor, sehingga menimbulkan luka. Nisbah kelamin jantan dan betina 1:1. Serangga betina mampu menghasilkan telur sebanyak 600 butir. Pada bagian ujung punggung L. huidobrensis terdapat warna kuning seperti L. sativa, sedangkan pada lalat L. chinensis (yang diketahui menyerang bawang merah) dibagian punggungnya berwarna hitam.Telur berwarna putih, berukuran 0,1 – 0,2 mm,berbentuk ginjal, diletakkan pada bagian epidermis daun melalui ovipositor. Lama hidup 2 – 4 hari. Stadium larva atau belatung terdiri atas tiga instar, berbentuk silinder, tidak mempunyai kepala atau kaki. Larva yang baru keluar berwarna putih susu atau putih kekuningan, segera mengorok jaringan mesofil daun dan tinggal dalam liang korokan selama hidupnya. Larva instar 2 dan 3 merupakan instar yang paling merusak karena terkait dengan meningkatnya konsumsi pakan dan luas korokan yang ditimbulkannya. Ukuran larva ± 3,25 mm. Fase larva sekitar 6 - 12 hari. Pupa berwarna kuning kecoklatan dan terbentuk dalam tanah. Lama hidup sekitar 8 hari. Dalam satu tahun biasanya terdapat 8 – 12 generasi. Siklus hidup dari telur sampai dewasa 14 – 23 hari.

Kerusakan akibat larva Liriomyza huidobrensis, dapat mengurangi kapasitas fotosintesa pada tanaman serta dapat menggugurkan daun pada tanaman muda. Larva merusak tanaman dengan cara mengorok daun sehingga yang tinggal
bagian epidermisnya saja. Serangga dewasa merusak tanaman dengan tusukan
ovipositor saat meletakkan telur dengan menusuk dan mengisap cairan daun sehingga terlihat adanya liang korokan larva yang berkelok – kelok .Pada serangan parah daun tampak berwarna merah kecoklatan. Akibatnya seluruh permukaan tanaman hancur. Didaerah tropika tanaman yang terserang hama ini seperti terbakar. Kerusakan langsung berupa luka bekas gigitan pada tanaman sehingga dapat terinfeksi oleh fungi maupun oleh bakteri penyebab penyakit tanaman. L. huidobrensis adalah hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar.Tercatat sekitar 120 jenis tanaman dari 21 famili yang menjadi inang L. huidobrensis, selain kentang antara lain cabai, kubis, tomat, seledri, semangka, kacang –kacangan seperti kacang merah, buncis, selada, brokoli, caisin, bawang daun, mentimun, terung, sawi, wortel, waluh, bayam, krisan dan beberapa jenis tanaman liar dari famili Asteraceae. Di antara berbagai jenis tanaman sayuran yang diserang, tanaman kentang menderita serangan yang paling berat

3.2.7  Thrips Sp

 Hama Gurem atau Thrips dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                 : Thysanoptera
Famili              : Thripidae
Genus              : Thrips
Spesies            : Thrips sp

Thrips pada cabe termasuk sub ordo Terebrantia yaitu thrips tabaci. Pada sub ordini terdapaovipositor  yang  berfungsi untuk  menusuk  dameletakkan telur kedalam jaringan tanaman. Thrips panjang tubuhnya 1-2 mm berwarna hitam, datar, langsing dan mengalami metamorfosis sederhana/ setengah sempurna yaitu mulai dari telur  kemudian  nimfa/thrips  muda  berwarna  putiatau  kuning  baru  setelah  itu menjadi thrips dewasa sebelum mengalami dua  sampai empainstar ( Anonimus,2009 ).

Thrips dapat berkembang biak secara generatif (kawin) maupun vegetatif melaluproses  Phartenogenesis,  misalnya  thrips  yang  mengalami phartenogenesis adalah Thrips tabaci yang menyerang tembakau. Perkembangbiakan secara phartenogenesis akan menghasilkan serangga-seranggjantan. Menurut  Kalshoven (1981) bahwa imago  betina Thrips dapameletakkan telur sekitar 15 butir secara berkelompok kedalam jaringan epidhermal daun tanaman dengan masa inkubasi telur sekitar 7 hari. Telur  dari hama  ini berbentuk  oval atabahkamiriseperti ginjal pada manusia, imago betina akan memasukkka n telurnya ke dalam jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam. Ukuran telurnya sangat kecil maka sering tak terlihat dengan mata telanjang. Telur ini diletakkannya dalam jumlah yang besar,dengan rata-rata 80 butir tiap induk. letak telur akan mudah diketahui dengan memperhatikan bekas tusukan pada bagian tanaman tersebut dan biasanya disekitar jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-telur  ini akan menetas sekitar 3 atau 7 hari setelah pelatakan oleh imago betina( Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992).
thrips muda atau nimfa akan berwarna putih pucat atau pucat kekuningan sampai kepada berwarna jernih. Biasanya Thrips muda ini gerakannya masih sangat lambat dan pergerakannya hanya terbatas pada tempat dimana dia memperoleh makanan. Nimfa terdiri dari empat instar, dan Instar pertama sudah mulai menyerang tanaman. sayap baru akan terlihat pada masa pra-pupa. Daur hidup sekitar 7-12 hari ( Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992).

Imago akan bergerak lebih cepat dibanding dengan nimfanya, telah memiliki sayap  yang  ukurannya  relatif panjang  dan  sempit,  imago  ini  tubuhnya  berwarna kuning pucat sampai kehitam-hitaman. Serangga dewasa berukuran 1-2 mm. Imago betina  dapat  bertelur  sampai  80  butir  yang  diletakkannya  ke  dalam  jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam.( Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992).

Gejala serangan yang di akibatkan oleh hama thrips yaitu Pada  permukaadauakaterdapat  bercak-bercak  yang  berwarna  putih seperti perak. Hal ini terjadi karena masuknya udara ke dalam jaringan sel-sel yang telah dihisap cairannya oleh hama Thrips tersebut. Apabila bercak-bercak tersebut saling berdekatan dan akhirnya bersatu maka daun akan memutih seluruhnya mirip seperti warna perak. Lama kelamaan bercak ini akan berubah menjadi warna coklat dan akhirnya daun akan mati. Daun-daun cabai yang terserang hebat maka tepinya akan menggulung ke dalam dan kadang-kadang juga terdapat bisul-bisul. Kotoran- kotoran dari Thrips ini akan menutup permukaan daun sehingga daun menjadi hitam. Jadi pada umumnya bagian tanaman yang diserang oleh Thrips ini adalah pada daun, kuncup, tunas yang baru saja tumbuh, bunga serta buah cabai yang masih muda ( Setiadi, 2004 ).

3.2.8  Penghisap Buah Lada
Klasifikasi hama penghisap bua kakao yaitu:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Arachnida
Ordo                : Hemiptera
Famili             : Coreidae
Genus             : Dasynus
Spesies            : Dasynus piperis

Hama penghisap buah lada (Dasynus piperis) termasuk keluarga Coreidae dari famili Hemiptera yang memiliki tipe mulut menusuk menghisap. Hama yang menyerang buah lada adalah stadia nimfa (serangga muda) dan imago (serangga dewasa). Siklus hidup hama penghisap buah lada dari telur hingga serangga dewasa ± 45-60 hari. Serangga betina dewasa dapat bertelur ± 160 butir dan berlangsung selama ± 10 minggu.

Serangga dewasa betina bertelur pada siang hari. Telur berwarna coklat tua dan berbentuk oval. Telur diletakkan pada permukaan daun, cabang tanaman, tandan buah muda, berjajar 2-4 butir, atau berkelompok 8-10 butir. Telur terdapat paling banyak pada bagian tengah tajuk tanaman lada.

Hama stadia nimfa dan imago menusuk dan menghisap cairan buah lada. Serangan pada buah lada muda menyebabkan tandan buah banyak yang kosong (kopong), sedangkan serangan pada buah tua menyebabkan buah menjadi hampa, kering dan gugur.

Nimfa ditemukan lebih banyak di buah dibandingkan di daun dan pucuk. Serangga dewasa dapat hidup ± 3 bulan dan bila diganggu akan mengeluarkan bau tidak sedap. Nimfa dan imago tidak suka sinar matahari langsung karena itu aktif makan pada pagi dan sore hari.

Gejala serangan awal pada buah lada ditemukan adanya bintik kekuningan atau hitam pada buah. Akibat cairan buah dihisap, buah lada menjadi kopong, kering atau busuk menghitam, sehingga mutu lada merosot (rendah). Bahkan kalau tidak ada buah, hama menghisap cairan pucuk atau cabang muda untuk mempertahankan hidupnya, sehingga bagian tanaman tersebut terhambat pertumbuhannya.

Kepik pengisap buah lada merupakan hama penting, terutama menyerang buah lada umur antara 4-5 bulan (masak susu). Kepik ini merusak tanaman dengan mengisap cairan buah lada sehingga menjadi kosong, kering, dan menghitam. Serangan yang berat pada tunas dapat menyebabkan buah layu dan rontok serta tunas mati.

3.2.9  Kutu Putih
Klasifikasi hama kutu putih yaitu:
Kingdom         : Animalia
Phylum
            : Arthropoda
Class
                : Insecta
Order
               : Hemiptera
Suborder
         : Sternorrhyncha
Family
             : Pseudococcidae
Genus
              : Pseudococcus
Spesies            : Paracoccus marginatus

Paracoccus marginatus William termasuk  kedalam filum Arthopoda, Kelas Insect, Ordo Hemiptera Superfamili Coccidea dan famili Pseodococcidae. Morfologi pada stadium imago betina, yaitu tumbuh berwarna kuning yang ditutupi oleh lilin putih namun tidak terlalu banyak untuk menutupi warna tunuhnya. Panjang tubuh imago betina rata-rata 2,2 mm dengan kisaran 1,5-2,7 mm dan lebar tubuh rata-rata 1,4 mm dengan kisaran 0,9-1,7 mm.Sedangkan pada imago dewasa jantan, bentuk tubuh sarangga oval memanjang dan memiliki sepasang sayap dengan panjang tubug rata 1,0 dengan kisaran 0,9-1,1 dan lebar pada toraks rata-rata 0,3 mm dengan kisaran 0,2-1,3 mm. Kutu putih memiliki 4 instar dari telur hingga dewasa.

Menurut Miller (2002) terdapat dua karakteristik penting yang membedakan betina dewasa P. Marginatus dengan spesies Paracocus lainnyayaitu (1) terdapat Oral-rim tubular duct bagian dorsal yang terdapat pada tepi tubuh dan (2) tidak terdapat porus transulen pada tibia tungkai belakang. Jantaan dewas dapat dapat dibedakan dengan spesies lain dengan melihat adanya seta yang kokoh pada tungkai. Spesimen kutu putih pepeya akan berubah menjadi hitam kebiruan pada sat dilakukan penyimpanan didalam alkohol.

Individu betina melalui tiga stadium hidup yaitu telur, nimfa, dan imago. Stadium betina tidak memiliki sayap dan bergerak secara perlahan dalam jarak yang dekat atau dapat diterbangakan oleh angin. Betina biasanya meletakan telur 100 hingga 600 butit dalam sebuah kantung telur yang terletak dalam waktu satu hingga dua minggu (Walker et al.2003).  Kantung telur terbuat dari benag-benang lilin yang sangat lengket, mudah melekat pada permukaan daun dan dapat diterbangkan oleh angin. Stadim nimfa pertama disebut crawer, alatif bergerak mencari tempay makan disekitar tulang daun. Individu jantan melalui empat stadia hidup yaitu telur, nimfa, pupa, dan imago. Stadium imago jantan memiliki satu pasng sayap, aktif terbang mendekati betina dewasa (MiIller,2002).

Kutu putih pepaya menghisap cairan tumbuh dengan memasuki stilet kedalam jaringan epidermis daun, buah maupun batang. Pada waktu yang bersamaan kutu putih mengeluarkan racun kedalam daun, sehingga memgakibatkan klorosis, kerdil, malformasi daun, daun mengkerut dan menggulung, daun muda dan buah rontok, banyak menghasilkan embun madu yang dapat berasosiasi dengan cendawan jelaga, hingga kematian tanaman (Walker et al. 2003). Pada tanaman yang sudah dewasa, gejala yang muncul adalah daun menguning dan kelamaan daun akan gugur. Serangan pada buah yang belum matang menyebabkan bentuk buah tidak sempurna. Serangan yang berat dapat menutupi permukaan buah hingga terlihat kutu putih akibat tertutup koloni kutu putih tersebut.t

V. KESIMPULAN


Kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum ini yaitu :
1.         Setiap serangga yang menyerang tanaman menimbulkan gejala yang berbeda-beda
2.        Penggerek buah kakao maupun penggerek buah kopi menyerang bagian dalam buah
3.        Pengorok daun menyerang bagian jaringan daun dan hanya menyisakan bagian epidermisnya
4.        Ulat kantung memiliki kantung sebagai pelindung dirinya
5.        Semua hama yang menyerang tanaman harus dikendalikan ketika jumlah populasi hama telah meleihi batas ambang ekonomi


DAFTAR PUSTAKA


Hase, 2009. Hama Penggerek Buah Kakao .http:/ ac. . Id/ kultifasi/ art/806/pdf/ rabu, 16 November 2016

Kalshoven, L. G. E. 1981. Pest of Crops In Indonesia, Revised & Translated by P. A. Van Der Laan. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta

Nonadita, 2007.Ordo-Ordo Serangga.PT Bima Aksara, Jakarta.

[PPKKI] Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2006. Pedoman Teknis Budi Daya Tanaman Kopi. Indonesia Coffee and Cacao Research Institute Jember, Jawa Timur

Pracaya, 2007.Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suparno, T. 1990. Perlindungan buah kakao de-ngan kantung plastik di Kebun Kakao ADC Kurotidur.Bengkulu Utara (Tidak dipublikasi).

Surachman, E. dan W. Agus. 1998. Hama Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan. Penerbit Kanisius, Jakarta.

Susniahti, N., Sumeno, H. dan Sudrajat. 2005. Ilmu Hama Tumbuhan. Universitas Padjadjaran, Bandung.

Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Wagiman, F.X. 2003. Hama Tanaman : Cemiri Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan. Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogayakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar