Minggu, 20 November 2016

PENYAKIT PADA TANAMAN HORTIKULTURA



pengenlan gejala dan tanda penyakit tanaman
(TANAMAN hortikultura)
 (Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)





Oleh

Harina wahyuningsih
1514121114
Kelompok 3










JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

I           PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang

Timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan patogen. Penamaan gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Sebagai akibat terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka akan terjadi perubahan pada tanaman dalam: Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain.Perubahan tersebut seringkali merupakan gejala yang khas untuk penyakit tertentu. Tetapi adakalanya untuk satu macam penyakit menimbulkan lebih dari satu macam perubahan. Sering kali patogen penyebab penyakit tersebut dapat ditemukan pada jaringan yang terserang (internal) atau pada bagian permukan jaringan (eksternal) dalam bentuk tubuh buah, sclerotium dan sebagainya.

Penyebab penyakit digolongkan menjadi dua besar yaitu penyakit yang bersifat abiotik dan yang bersifat biotik. Untuk yang bersifat biotik (tidak hidup) misalnya polutan udara, polutan tanah, suhu dan kelembaban yang ekstrim, . Sedangkan penyakit yang bersifat biotik (hidup) ada 6 kelompok besar yaitu jamur, prokariotik, virus, viroid, nematode, protozoa dan tanaman tinggi parasit.

Hal ini lah yang melatarbelakangi di adakannya praktikum pengenalan gejala dan tanda penyakit tanaman, sehingga praktikan dapat mengidentifikasi kan suatu penyakit tanaman dan dengan itu praktikan dapat melakukan penanggulanggan atau pun pengendalian  agar penyakit- pnyakit tanaman tersebut dapat di minimalisir kan atau bahkan di sembuhkan sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik

1.2              . Tujuan Praktikum

Adapun tujuan diadakannya praktikum ini antara lain sebagai berikut:
1.        Mengetahui jenis penyakit penting tanaman hortikultura
2.        Mengetahui dan mengeenali gejala dan tanda penyakit tanaman hortikultura

II         METODOLOGI PERCOBAAN


1.1              Waktu dan Tempat

Praktikum Mata kuliah Bioekologi Penyakit Tumbuhan yang berjudul pengenalan gejala dan tanda penyaakit ini dilaksanakan pada hari jumat, 14 oktober 2016 pukul 13:00 – 15:00 WIB. Tempat paktikum yaitu di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

1.2              Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum  ini antara lain bagian tanaman  hortikultura yang menunjukan gejala penyakit yaitu cabai, kerdil pisang, bercak daun pisang , alat tulis, kamera, mikroskop majemuk, kaca preparat, air dan pipet tetes

1.3              Prosedur Kerja

Berikut adalah prosedur keja yang di jalankan pada praktikum ini:
1.3.1   pengamatan makroskopis

Adapun prosedur kerja yang di lakukan pada pengamatan makroskopis  yaitu yang pertama di amati dengan baik setiap sampel tanaman yang menunjukkan gejala penyakit tanaman yang ada pada tanaman sampel, kemudian dikelompokkan jenis gejala ( nekrosia, hipoplasia, dan hyperplasia), selanjutnya dicatat nama penyakit dan pathogen penyebab penyakit tanaman yang ada.

1.3.2        pengamatan mikroskopis

Adapun langkah kerja yang dilakukan pada pengamatan mikroskopis yaitu yang pertama diamati tanda penyakit di bawah mikroskop, selanjutnya diteteskan air di atas bagian tanaman yang bergejala lalu di korek dengan menggunakan jarum, kemudian air atau suspense tersebut di ambil menggunakan pipet tetes, lalu suspense tersebut di letakkan di atas kaca preparat lalu di tutup dengan cover glass lalu diamati di bawah mikroskop kemudian di amati spora atau hifa, kemudian di foto

III        HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1       Data Pengamatan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh table pengamatan sebagai berikut:
No.
Foto
Gambar struktur pathogen
1.
Layu bakteri pada pisang


Ralstonia solanacearum
2.
Layu fusarium pada pisang


Fustarium oxysporum

3.
Kerdil pisang



Banchy Top Virus

4.
Bercak daun pisang (sigatoga)


Cescospora musae
5.
Busuk hati pada nanas


Phytoptora spp
6.
Layu bakteri pada tomat



Pseudomonas solanacearum

7.
Layu fusarium pada tomat



Fusarium oxysporum


8.
Antraknosa pada cabai


Colletotrichum capsici


9.
Antraknosa pada cabai


Colletotrichum gloeosporioides


3.1       Pembahasan

Terdapat berbagai macam  penyakit yang telah menyebar dan dapat menyerang tanaman hortikultura, oleh karena itu kita perlu mengetahui nya agar kita dapat mengendalikannya sedini mungkin, agar penyakit tersebut tidak terlalu merugikan untuk para petani, berikut ini merupakan contoh contoh penyakit yang dapat menyerang tanaman hortikultura :

3.1.1    Layu bakeri pada tanaman pisang

Gejala yang terlihat pada buah yang terkena penyakit jika hanya dilihat dari kulit luarnya tidak terlihat seperti buah yang terkena penyakit. Jika buah pisang yang berpenyakit ini dipotong, maka akan keluar lendir dari dalam buah seperti warna darah (penyakit ini juga disebut sebagai penyakit darah), tempat keluarnya lender tersebut seperti beintik-bintik atau bercak dalam buahnya. Biasanya pohon yang terkena penyakit ini akan tumbang sebelum buahnya matang di pohon. biasanya gejala pada tajuk (mahkota) baru tampak setelah timbulnya tanda buah. Awalnya satu daun muda biasanya yang  nomor 3 atau 4 dari yang termuda) berubah warna tanoa menunjukan perubahan-perubahan lain. Dari ibu tulang daun keluarlah garis-garis cokelat kekuningan ke tepi daun. Keadaan seperti ini dapat berlangsung lama sampai buah tampak hamper menyelesaikan proses pemasakannya. Tetapi dengan cepat keadaan berubah menjadi kritis. Dalam waktu satu minggu semua daun dapat menguning dan dalam jangka beberapa hari daun-daun tadi  menjadi cokelat. Pada buah gejala juga tampak lambat, umumnya pada saat buah akan menyelesaikan proses pemasakannya. Buah seperti dipanggang berwarna kuning cakelat, melorot, dan busuk. Jika akar tinggal atau batang tanaman sakit dipotong, keluarlah cairan kental yang berwarna kemerahan dari berkas pengangkutan.

Beberapa penelitian dalam pengendalian penyakit layu bakteri pada tanaman pisang sudah dirintis dengan beberapa cara antara lain : Program pengendalian terpadu berupa kultur teknis dan pengendalian kimiawi, mencegah penularan penyakit dengan cara pembungkusan buah sehingga terlindungi dari serangga pengunjung bunga dan sterilisasi alat-alat pertanian yang akan digunakan dengan larutan desinfekta, Penggunaan bibit pisang yang sehat dan bebas penyakit seperti bibit hasil kultur jaringan. Penggunaan agen hayati (Rivai dan Habazar 2002). Imunisasi tanaman pisang dengan Pseudomonas fluorescens dapat menimbulkan ketahanan terhadap serangan penyakit layu bakteri Ralstonia solanacearum. (Kasfar F, 2006).


3.1.2     Layu fusarium pada tanaman pisang

Menurut Semangun (2004), Gejala serangan cendawan Fusarium oxysporum pada tanaman pisang terlihat pada tepi daun-daun bawah berwarna kuning tua, yang lalu menjadi coklat dan mengering. Tangkai daun patah disekeliling batang palsu. Gejala dalam yang dimiliki jamur ini adalah jika pangkal batang dibelah membujur, terlihat garis-garis coklat atau hitam menuju ke semua arah, dari batang ke atas melalui jaringan pembuluh ke pangkal daun dan tangkai. Perubahan warna pada berkas pembuluh paling jelas tampak dalam batang.

Usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit ini ialah Tidak menanam jenis pisang yang rentan terinfeksi patogen, menanam bibit yang sehat dari tanaman yang bebas penyakit,pemeliharaan dengan hati-hati untuk menghindari pelukaan pada tanaman, mengendalikan hama nematoda yang mampu menyebabkan luka pada tanaman, Penggunaan agen antagonis, jenis agens antagonis yaitu; Gliocladium sp, Fusarium oxysporium avirulen, Trichoderma harzianum.

3.1.3    Kerdil pisang

Penyakit kerdil pisang ini disebabkan oleh virus kerdil pisang atau yang terkenal dengan Bunchy Top Virus yang disebut juga sebagai Musa virus. Daur penyakit kerdil pisang dipancarkan oleh bahan tanaman dan oleh kutu daun (Pentalonia nigronervosa). Penyakit ini tidak dapat menular dengan parang atau dengan cairan tanaman sakiT

Kerdil pisang pada awalnya pertama ditemukan di sekitar daerah Cimahi dan Padalarang. Gejala yang terlihat pada penyakit kerdil pisang ini adalah tanaman terlihat lebih pendek dibandingkan dengan tanaman pisang yang normal. Daun menguning dan tidak melebar. Terlihat bercak dipermukaan daun. Secara jelas gejala pada penyakit kerdil pisang ini adalah jika pangkal daun nomor 2 dan 3 dari tanaman yang dicurigai dilihat permukaan bawahnya dengan cahaya menembus, tampak adanya garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus dalam garis pendek dan titik, terdapat diantara dan sejajar dengan tulang-tulang daun sekunder. Garis ini masuk ke tulang induk daun sebagai ”kait-kait” hijau tua pada daerah cerah dikedua sisi tulang induk. Pada punggung tangkai daun sering terdapat garis-garis hijau tua. Kadang-kadang tulang daun menjadi jernih sebagai gejala pertama terjadinya infeksi. Pada cuaca yang sejuk tulang daun yang menjadi jernih tadi tampak lebih jelas.
Daun-daun yang lebih muda tampak lebih tegak, lebih pendek, lebih sempit, dengan tangkai yang lebih pendek daripada biasanya, dan menguning sepanjang tepinya. Nanti daun yang bersangkutan dapat mongering sepanjang tepinya, daun-daun rapuh. Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsu. Terkadang gejala yang terlihat hanyalah pada tanaman yang terinfeksi ada satu daun kuning yanga tidak membuka. Gejala ini mudah dikacaukan dengan kelaparan nitrogen, tetapi penyakit kerdil pisang letaknya lebih tersebar dalam kebun.

Pengendalian dalam penyakit kerdil pisang ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu Jangan membawa tanaman pisang atau Heliconia keluar dari daerah yang terjangkit kerdil pisang, penanaman diamati dan diperhatikan gejala-gejala awal pada daun. Tanaman yang sakit dibongkar bersih dan dicincang menjadi potongan-potongan kecil agar tidak ada tunas atau bagian yang dapt hidup terus, hanya mengambil bibit dari tanaman yang sehat., dianjurkan juga dengan menyemprot insektisida untuk membasmi kutu daun  (Choirul, R. 2014)
3.1.4    Bercak daun pisang  / sigatoga

Gejala pertama tampak jelas pada daun ke-3 dan ke-4 dari pucuk sebagai bintik-bintik memanjang, berwarna kuning pucat dengan ukuran panjang 1-2 mm atau lebih, arahnya sejajar dengan tulang daun. Sebagian dari bintik-bintik tersebut berkembang menjadi bercak berwarna coklat tua sampai hitam, jorong atau bulat panjang, yang panjangnya 1 cm atau lebih, lebarnya kurang dari sepertiga panjangnya. Pada daun yang lebih tua pusat becaknya mengering, berwarna kelabu mudah dengan tepinya berwarna coklat tua dan dikelilingi oleh halo berwarna kuning cerah. Penyakit ini tidak mematikan tanaman. Tetapi menyebabkan daun lebih cepat kering dan mengganggu proses pengisian buah dan pembentukan anakan. Penyakit ini juga menyebabkan buah masak sebelum waktunya. 

Pengendalian yang dapat  dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini di lakukan dengan berbagai cara yaitu tidak menanam pisang secar komersil pada lahan yang miskin hara, melakukan pemupukan berimbang, sesuai anjuran setempat,  cara sanitasi/eradikasi yaitu Sanitasi sumber infeksi berupa daun-daun mati/sakit, dipotong-potong lalu dibakar. melakukan penyemprotan menggunakan fungisida Mankozeb (Dithane M-45) atau Propineb(Antracol) (Anonim, 2003).

3.1.5    Busuk hati pada nanas

Penyakit busuk hati pada tanaman nanas disebabkan oleh cendawan Phytophthora parasitica Waterh danP. cinnamomi Rands. Penyakit busuk hati disebut hearth rot, Penyebaran penyakit dibantu bermacam-macam tanaman inang, air yg mengalir, alat-alat pertanian, curah hujan tinggi, tanah yg mengandung bahan organik & kelembaban tanah tinggi antara 25-35 derajat C.
Jika tanaman  nanas terkena penyakkit busuk hati, gejalanya adalah perubahan warna pada daun menjadi hijau belang-belang kuningdan ujungnya nekrotisdaun aun muda mudah dicabut, bagian pangkal daun akan membusuk dan berwarna coklat hingga tanaman akan mati nantinya. Pembusukan pada sistem perakaran juga akan terjadi.
Dapat dikendalikan dengan memperbaiki drainase tanah serta mengurangi kelembapan lahan. Lakukan pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terkontaminasi penyakit, pencelupan bibit dlm larutan fungisida sebelum tanam, seperti Dithane M-45 atau Benlate

3.1.6    Layu bakteri pada tanaman tomat

Gejala serangan penyakit layu bakteri ditandai dengan adanya daun yang layu dimulai dengan daun yang muda atau pucuk kemudian berlanjut pada seluruh bagian tanaman.
Serangan ini biasanya mulai nampak pada waktu tanaman umur 6 minggu. Jika tanaman di cabut kemudian batangnya dipotong akan terlihat berkas pembuluh berwarna coklat dan apa bila ditekan dari lingkaran berkas pembuluh akan keluar massa bakteri yang berwarna ke abu-abuan . Batang tanaman cenderung membentuk lebih banyak akar adventif sampai setinggi bunga. Massa bakteri akan terlihat lebih jelas lagi apabila potongan batang tersebut dimasukan dalam air jernih dimana setelah batang tersebut dimasukkan beberapa menit kemudian akan terlihat benang-benang putih halus yang keluar dan bila digoyangkan benang tersebut akan putus. Benang-benang putih tersebut merupakan massa bakteri.

Penganggulangan untuk penyakit ini adalah dengan mengaplikasikan bakterisida. Penggunaan varietas tomat yang tahan terhadap penyakit layu bakteri juga sangat penting untuk menanggulangi penyakit ini. Penyebarannya penyakit ini  diakibatkan kondisi lembab dan genangan air yang telah terkontaminasi (anonim,2015)

3.1.7    Layu fusarium pada tanaman tomb

Gejala penyakit yang timbul ketika tanaman tomat terserang layu fusarium yang di sebabkan oleh fusarium oxysforum adalah tulang tulang daun menjadi pucat, terutama daun daun atas, kemudian diikuti dengan menggulungnya daun yang lebih tua (efinasti) karena merunduknya tangkai daun, dan akhirnya tanaman menjadi layu secara keseluruhan. Kadang kadang kelayuan didahului dengan menguningnya daun, terutama daun daun bawah. Kelayuan dapat terjadi sepihak. Pada batang kadang kadang terbentuk akar adventif. Tanaman kerdil dan merana tumbuhnya. Jika tanaman yang sakit di potong dengan pisau dekat pangkal batang akan terlihat suatu cincin coklat dari bekas pembuluh. Pada serangan berat gejala sedemikian terdapat pada bagian tanaman sebelah atas juga. Pada tanaman yang sangat muda penyakit dapat menyebabkan matinya secara mendadak, karena pada pangkal batang terjadi kerusakan atau kanker yang menggelang. Sedangkan tanaman dewasa yang terinfeksi sering dapat bertahan terus dan membentuk buah, tetapi hasilnya sangat sedikit dan buahnya pun kecil kecil.

Pengendalian yang dapat di lakukan apabila tanama tomat terserang layu fusarium adalah Penanaman varietas yang tahan. Dikebanyakan negara penghasil tomat satu satunya cara pengendalian penyakit layu fusarium adalah dengan penanaman varietas varietas tomat yang tahan, Pemakaian fungisida .  Beberapa usaha untuk mengendalikan penyakit dengan fungisida tidak memberikan hasil yang memuakan. Tetapi dengan pencelupan akar kedalam benomil 1.000 ppm, atau senyawa benziminazol dan sebangsanya,  memberikan hasil yang baik, asal fungisida diberikan sebelum terjadinya infeksi, .mencegah infestasi tanah.  Karena tanah yang erinfestasi sukar dibebaskan dari fusarium , usaha higieni sangat penting. Alat pertanian yang habis dipakai dilahan yang terinfestasi dapat di-desinfestasi dengan formalin 5%. harus diusahakan agar tidak menanam bibit (beserta tanah) dari persemaian yan teronfestasi. Tidak menanam benih (biji) yang di ambil dari buah tanaman sakit, perlakuan tanah .   Untuk membebaskan tanah dari fusarium dapat di perlakukan perlakuan tanah (soil treatment), misalnya dengan uap panas atau fumigasi dengan metilbromida,kloropikrin, atau metanatrium (metham-sodium), atau desinfestan tanah lain yang tidak selktip. Dengan sendirinya ini hanya dapat dilakukan untuk tanah rumah kaca atau persemaian. Usaha untuk mengendalikan penyakit dengan meningkatkan suhu tanah dngan lembaran plastik (solarisasi) memberikan banyak hrapan. Namun cara ini masih memerlukan banyak penelitian agar dapat dianjurkan dalam peraktek (Anonim,2015)

3.1.8    Penyakit antaroksa pada cabai

Penyakit patek atau antraknosa sangat ditakuti terutama oleh petani cabai. Serangan patek atau antraknosa ini mampu membuyarkan impian petani untuk memetik hasil yang besar, bahkan tidak jarang justru menimbulkan kerugian meskipun harga cabai sedang tinggi. Tanaman yang terserang penyakit patek atau antraknosa yang disebabkan oleh infeksi cendawan Colletrotichum  capsicimenunjukkan gejala bercak cokelat kehitaman yang kemudian akan meluas menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang merupakan koloni cendawan.

Sedangkan tanaman yang terserang antraknosa akibat infeksi cendawan colletotrichum Gloeosporioides menunjukkan bercak cokelat dengan bintik-bintik berlekuk. Pada bagian tepi bintik-bintik tersebut berwarna kuning membesar dan memanjang. Jika kelembaban tinggi, cendawan akan membentuk lingkaran memusat atau konsentris berwarna merah jambu. Serangan pada buah cabai biasanya diawali dari bagian ujung buah yang mengakibatkan dieback atau mati ujung.

upaya penanganan untuk mengendalikan serangan antraknosa antara lain yaitu  Perlakuan pada bibit atau biji tanaman yang akan dibudidayakan dengan baik dan benar, Secara teknis, bagian tanaman yang terserang harus dimusnahkan dari lahan atau areal pertanaman, berikan pupuk dengan kandungan P, K, dan Ca tinggi agar jaringan tanaman lebih kuat. Jangan melakukan pemupukan N berlebihan, karena akan menyebabkan jaringan tanaman berair sehingga rentan terhadap serangan cendawan, berikan pupuk organik yang banyak. Pemupukan organik akan meningkatkan ketahanan tanaman dari serangan hama maupun penyakit, hindari adanya genangan air di areal pertanaman, pembersihan lahan termasuk penyiangan gulma., Perlebar jarak tanam dengan pola tanam zigzag untuk menjaga sirkulasi udara dan mengurangi kelembaban tinggi saat terjadi hujan berkepanjangan., jika kelembaban di sekitar areal pertanaman tinggi, misalnya hujan terus menerus, lakukan pencegahan menggunakan fungisida sistemik dengan bahan aktif benomil, karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol. Fungisida kontak dengan bahan aktif mankozeb, klorotalonil, dan propineb. Lakukan penyelingan bahan aktif tersebut setiap kali melakukan penyemprotan dengan dosis atau konsentrasi sesuai pada kemasan.(Anonim,2013).
.



IV.       KESIMPULAN


Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1.        Setiap penyakit tanaman memiliki gejala dan tanda yang berbeda beda
2.         Timbulnya penyakit pada tanaman dapat mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga produksi tanaman menuun
3.        Pentingnya bagi kita mengenal penyakit tanaman yaitu agar kita tau bagaimanaa cara untuk mengendalikannya sedini mungkin
4.        Penyakit layu fusarium dan layu bakteri dapat menyerang tanaman pisang dan tomat
5.         Penyakit antaroksa pada cabai membuat cabai terdapat bercak hitam yang membusuk.















DAFTAR PUSTAKA



Anonim.2013.penyakit antraknosa. http://www.tanijogonegoro.com/2013/09/patek-antraknosa.html.Diakses pada 20/10/2016

Anonim. 2015. Tips mengatasi layu pada tomat. https://lmgaagro.wordpress.com/2015/11/01/tips-mengatasi-layu-pada-tanaman-tomat.html.Diakses pada.20/10/2016
Choirul, R. 2014. Makalah ekologi tumbuhan pisang. http://www.bankmakalah.ga/2014/06/makalah-ekologi-tumbuhan-pisang.html. Diakses pada 19/10/2016

Kasfar, F., A. I. Putra Dan  Z. Yuningsih. 2006. Uji Ketahanan Tanaman Pisang Yang Diimunisasi Dengan Pseudomonas Berflouresensi Terhadap Ralstonia Solanacearum. Jurnal Pimnas Xix. 1(12)

Semangun, H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada





















LAMPIRA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar