pengenlan gejala dan tanda penyakit tanaman
(TANAMAN hortikultura)
(Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit
Tumbuhan)
Oleh
Harina wahyuningsih
1514121114
Kelompok 3
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2016
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Timbulnya
gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan
patogen. Penamaan gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit,
perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Sebagai akibat
terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka akan terjadi perubahan
pada tanaman dalam: Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain.Perubahan
tersebut seringkali merupakan gejala yang khas untuk penyakit tertentu. Tetapi
adakalanya untuk satu macam penyakit menimbulkan lebih dari satu macam
perubahan. Sering kali patogen penyebab penyakit tersebut dapat ditemukan pada
jaringan yang terserang (internal) atau pada bagian permukan jaringan
(eksternal) dalam bentuk tubuh buah, sclerotium dan sebagainya.
Penyebab
penyakit digolongkan menjadi dua besar yaitu penyakit yang bersifat abiotik dan
yang bersifat biotik. Untuk yang bersifat biotik (tidak hidup) misalnya polutan
udara, polutan tanah, suhu dan kelembaban yang ekstrim, . Sedangkan penyakit
yang bersifat biotik (hidup) ada 6 kelompok besar yaitu jamur, prokariotik,
virus, viroid, nematode, protozoa dan tanaman tinggi parasit.
Hal ini lah
yang melatarbelakangi di adakannya praktikum pengenalan gejala dan tanda
penyakit tanaman, sehingga praktikan dapat mengidentifikasi kan suatu penyakit
tanaman dan dengan itu praktikan dapat melakukan penanggulanggan atau pun
pengendalian agar penyakit- pnyakit
tanaman tersebut dapat di minimalisir kan atau bahkan di sembuhkan sehingga
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
1.2
. Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan diadakannya praktikum ini antara lain sebagai berikut:
1.
Mengetahui jenis
penyakit penting tanaman hortikultura
2.
Mengetahui dan
mengeenali gejala dan tanda penyakit tanaman hortikultura
II METODOLOGI PERCOBAAN
1.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum Mata kuliah Bioekologi Penyakit Tumbuhan yang berjudul
pengenalan gejala dan tanda penyaakit ini dilaksanakan pada hari jumat, 14 oktober 2016 pukul 13:00 – 15:00 WIB.
Tempat paktikum yaitu di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
1.2
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum ini antara lain bagian
tanaman hortikultura yang menunjukan
gejala penyakit yaitu cabai, kerdil pisang, bercak daun pisang , alat tulis,
kamera, mikroskop majemuk, kaca preparat, air dan pipet tetes
1.3
Prosedur Kerja
Berikut
adalah prosedur keja yang di jalankan pada praktikum ini:
1.3.1 pengamatan makroskopis
Adapun prosedur kerja yang di
lakukan pada pengamatan makroskopis yaitu yang pertama di
amati dengan baik setiap sampel tanaman yang menunjukkan gejala penyakit
tanaman yang ada pada tanaman sampel, kemudian dikelompokkan jenis gejala (
nekrosia, hipoplasia, dan hyperplasia), selanjutnya dicatat nama penyakit dan
pathogen penyebab penyakit tanaman yang ada.
1.3.2
pengamatan
mikroskopis
Adapun
langkah kerja yang dilakukan pada pengamatan mikroskopis yaitu yang pertama
diamati tanda penyakit di bawah mikroskop, selanjutnya diteteskan air di atas
bagian tanaman yang bergejala lalu di korek dengan menggunakan jarum, kemudian
air atau suspense tersebut di ambil menggunakan pipet tetes, lalu suspense tersebut
di letakkan di atas kaca preparat lalu di tutup dengan cover glass lalu diamati
di bawah mikroskop kemudian di amati spora atau hifa, kemudian di foto
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Data
Pengamatan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan diperoleh table pengamatan sebagai berikut:
No.
|
Foto
|
Gambar struktur pathogen
|
1.
|
Layu bakteri pada pisang
|
Ralstonia
solanacearum
|
2.
|
Layu fusarium pada pisang
|
Fustarium oxysporum
|
3.
|
Kerdil pisang
|
Banchy Top Virus
|
4.
|
Bercak daun pisang (sigatoga)
|
Cescospora musae
|
5.
|
Busuk hati
pada nanas
|
Phytoptora spp
|
6.
|
Layu bakteri
pada tomat
|
Pseudomonas solanacearum
|
7.
|
Layu fusarium
pada tomat
|
Fusarium oxysporum
|
8.
|
Antraknosa
pada cabai
|
Colletotrichum capsici
|
9.
|
Antraknosa
pada cabai
|
Colletotrichum gloeosporioides
|
3.1 Pembahasan
Terdapat
berbagai macam penyakit yang telah
menyebar dan dapat menyerang tanaman hortikultura, oleh karena itu kita perlu
mengetahui nya agar kita dapat mengendalikannya sedini mungkin, agar penyakit
tersebut tidak terlalu merugikan untuk para petani, berikut ini merupakan
contoh contoh penyakit yang dapat menyerang tanaman hortikultura :
3.1.1 Layu bakeri pada tanaman pisang
Gejala
yang terlihat pada buah yang terkena penyakit jika hanya dilihat dari kulit
luarnya tidak terlihat seperti buah yang terkena penyakit. Jika buah pisang
yang berpenyakit ini dipotong, maka akan keluar lendir dari dalam buah seperti
warna darah (penyakit ini juga disebut sebagai penyakit darah), tempat
keluarnya lender tersebut seperti beintik-bintik atau bercak dalam buahnya.
Biasanya pohon yang terkena penyakit ini akan tumbang sebelum buahnya matang di
pohon. biasanya gejala pada tajuk (mahkota) baru tampak setelah timbulnya tanda
buah. Awalnya satu daun muda biasanya yang nomor 3 atau 4 dari yang
termuda) berubah warna tanoa menunjukan perubahan-perubahan lain. Dari ibu
tulang daun keluarlah garis-garis cokelat kekuningan ke tepi daun. Keadaan
seperti ini dapat berlangsung lama sampai buah tampak hamper menyelesaikan
proses pemasakannya. Tetapi dengan cepat keadaan berubah menjadi kritis. Dalam
waktu satu minggu semua daun dapat menguning dan dalam jangka beberapa hari
daun-daun tadi menjadi cokelat. Pada buah gejala juga tampak lambat,
umumnya pada saat buah akan menyelesaikan proses pemasakannya. Buah seperti
dipanggang berwarna kuning cakelat, melorot, dan busuk. Jika akar tinggal atau
batang tanaman sakit dipotong, keluarlah cairan kental yang berwarna kemerahan
dari berkas pengangkutan.
Beberapa
penelitian dalam pengendalian penyakit layu bakteri pada tanaman pisang sudah
dirintis dengan beberapa cara antara lain : Program pengendalian
terpadu berupa kultur teknis dan pengendalian kimiawi, mencegah penularan
penyakit dengan cara pembungkusan buah sehingga terlindungi dari serangga
pengunjung bunga dan sterilisasi alat-alat pertanian yang akan digunakan dengan
larutan desinfekta, Penggunaan
bibit pisang yang sehat dan bebas penyakit seperti bibit hasil kultur jaringan. Penggunaan agen hayati (Rivai dan Habazar
2002). Imunisasi tanaman pisang dengan Pseudomonas fluorescens
dapat menimbulkan ketahanan terhadap serangan penyakit layu bakteri Ralstonia
solanacearum. (Kasfar F, 2006).
3.1.2
Layu fusarium pada tanaman pisang
Menurut
Semangun (2004), Gejala serangan cendawan Fusarium oxysporum pada tanaman pisang
terlihat pada tepi daun-daun bawah berwarna kuning tua, yang lalu menjadi
coklat dan mengering. Tangkai daun patah disekeliling batang palsu.
Gejala dalam yang dimiliki jamur ini adalah jika
pangkal batang dibelah membujur,
terlihat garis-garis coklat atau hitam
menuju ke semua arah, dari batang
ke atas melalui jaringan pembuluh ke pangkal daun dan tangkai.
Perubahan warna pada berkas pembuluh paling jelas tampak dalam batang.
Usaha yang dapat dilakukan
untuk mencegah dan mengendalikan penyakit ini ialah Tidak menanam jenis pisang
yang rentan terinfeksi patogen, menanam bibit yang sehat dari
tanaman yang bebas penyakit,pemeliharaan dengan hati-hati
untuk menghindari pelukaan pada tanaman, mengendalikan hama nematoda
yang mampu menyebabkan luka pada tanaman, Penggunaan agen antagonis, jenis agens antagonis yaitu; Gliocladium sp, Fusarium
oxysporium avirulen, Trichoderma harzianum.
3.1.3 Kerdil
pisang
Penyakit kerdil pisang ini
disebabkan oleh virus kerdil pisang atau yang terkenal dengan Bunchy Top Virus
yang disebut juga sebagai Musa virus. Daur penyakit kerdil pisang dipancarkan
oleh bahan tanaman dan oleh kutu daun (Pentalonia nigronervosa). Penyakit ini
tidak dapat menular dengan parang atau dengan cairan tanaman sakiT
Kerdil
pisang pada awalnya pertama ditemukan di sekitar daerah Cimahi dan Padalarang.
Gejala yang terlihat pada penyakit kerdil pisang ini adalah tanaman terlihat
lebih pendek dibandingkan dengan tanaman pisang yang normal. Daun menguning dan
tidak melebar. Terlihat bercak dipermukaan daun. Secara jelas gejala pada
penyakit kerdil pisang ini adalah jika pangkal daun nomor 2 dan 3 dari tanaman
yang dicurigai dilihat permukaan bawahnya dengan cahaya menembus, tampak adanya
garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus dalam garis pendek dan titik,
terdapat diantara dan sejajar dengan tulang-tulang daun sekunder. Garis ini
masuk ke tulang induk daun sebagai ”kait-kait” hijau tua pada daerah cerah
dikedua sisi tulang induk. Pada punggung tangkai daun sering terdapat
garis-garis hijau tua. Kadang-kadang tulang daun menjadi jernih sebagai gejala
pertama terjadinya infeksi. Pada cuaca yang sejuk tulang daun yang menjadi
jernih tadi tampak lebih jelas.
Daun-daun
yang lebih muda tampak lebih tegak, lebih pendek, lebih sempit, dengan tangkai
yang lebih pendek daripada biasanya, dan menguning sepanjang tepinya. Nanti
daun yang bersangkutan dapat mongering sepanjang tepinya, daun-daun rapuh. Tanaman
terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsu.
Terkadang gejala yang terlihat hanyalah pada tanaman yang terinfeksi ada satu
daun kuning yanga tidak membuka. Gejala ini mudah dikacaukan dengan kelaparan
nitrogen, tetapi penyakit kerdil pisang letaknya lebih tersebar dalam kebun.
Pengendalian dalam penyakit kerdil pisang ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu Jangan membawa tanaman pisang atau Heliconia keluar dari
daerah yang terjangkit kerdil pisang, penanaman diamati dan diperhatikan
gejala-gejala awal pada daun. Tanaman yang sakit dibongkar bersih dan dicincang
menjadi potongan-potongan kecil agar tidak ada tunas atau bagian yang dapt
hidup terus, hanya mengambil bibit dari tanaman
yang sehat., dianjurkan
juga dengan menyemprot insektisida untuk membasmi kutu daun (Choirul, R. 2014)
3.1.4 Bercak daun pisang / sigatoga
Gejala pertama tampak jelas pada daun ke-3 dan ke-4
dari pucuk sebagai bintik-bintik memanjang, berwarna kuning pucat dengan ukuran
panjang 1-2 mm atau lebih, arahnya sejajar dengan tulang daun. Sebagian dari
bintik-bintik tersebut berkembang menjadi bercak berwarna coklat tua sampai
hitam, jorong atau bulat panjang, yang panjangnya 1 cm atau lebih, lebarnya
kurang dari sepertiga panjangnya. Pada daun yang lebih tua pusat becaknya
mengering, berwarna kelabu mudah dengan tepinya berwarna coklat tua dan dikelilingi
oleh halo berwarna kuning cerah. Penyakit ini tidak
mematikan tanaman. Tetapi menyebabkan daun lebih cepat kering dan mengganggu
proses pengisian buah dan pembentukan anakan. Penyakit ini juga menyebabkan
buah masak sebelum waktunya.
Pengendalian yang
dapat dilakukan untuk mengendalikan
penyakit ini di lakukan dengan berbagai cara yaitu tidak menanam pisang secar komersil pada lahan yang
miskin hara, melakukan pemupukan
berimbang, sesuai anjuran setempat, cara sanitasi/eradikasi yaitu Sanitasi sumber infeksi berupa daun-daun
mati/sakit, dipotong-potong lalu dibakar. melakukan penyemprotan menggunakan fungisida Mankozeb (Dithane M-45) atau
Propineb(Antracol) (Anonim, 2003).
3.1.5 Busuk hati pada nanas
Penyakit busuk hati pada tanaman nanas disebabkan oleh cendawan Phytophthora
parasitica Waterh danP. cinnamomi Rands. Penyakit busuk hati disebut hearth
rot, Penyebaran penyakit dibantu bermacam-macam tanaman inang, air yg mengalir,
alat-alat pertanian, curah hujan tinggi, tanah yg mengandung bahan organik
& kelembaban tanah tinggi antara 25-35 derajat C.
Jika
tanaman nanas terkena penyakkit busuk hati, gejalanya adalah perubahan warna
pada daun menjadi hijau belang-belang kuningdan ujungnya nekrotisdaun aun muda
mudah dicabut, bagian pangkal daun akan membusuk dan berwarna coklat hingga
tanaman akan mati nantinya. Pembusukan pada sistem perakaran juga akan terjadi.
Dapat dikendalikan dengan
memperbaiki drainase tanah serta mengurangi kelembapan lahan. Lakukan
pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terkontaminasi penyakit, pencelupan
bibit dlm larutan fungisida sebelum tanam, seperti Dithane M-45 atau Benlate
3.1.6 Layu bakteri pada tanaman tomat
Gejala
serangan penyakit layu bakteri ditandai dengan adanya daun yang layu dimulai
dengan daun yang muda atau pucuk kemudian berlanjut pada seluruh bagian
tanaman.
Serangan
ini biasanya mulai nampak pada waktu tanaman umur 6 minggu. Jika tanaman di
cabut kemudian batangnya dipotong akan terlihat berkas pembuluh berwarna coklat
dan apa bila ditekan dari lingkaran berkas pembuluh akan keluar massa bakteri
yang berwarna ke abu-abuan .
Batang
tanaman cenderung membentuk lebih banyak akar adventif sampai setinggi bunga.
Massa bakteri akan terlihat lebih jelas lagi apabila potongan batang tersebut
dimasukan dalam air jernih dimana setelah batang tersebut dimasukkan beberapa
menit kemudian akan terlihat benang-benang putih halus yang keluar dan bila
digoyangkan benang tersebut akan putus. Benang-benang putih tersebut merupakan
massa bakteri.
Penganggulangan
untuk penyakit ini adalah dengan mengaplikasikan bakterisida. Penggunaan varietas tomat yang tahan terhadap penyakit layu
bakteri juga sangat penting untuk menanggulangi penyakit ini.
Penyebarannya penyakit ini diakibatkan kondisi lembab dan genangan air
yang telah terkontaminasi (anonim,2015)
3.1.7 Layu fusarium pada tanaman tomb
Gejala
penyakit yang timbul ketika tanaman tomat terserang
layu fusarium yang di sebabkan oleh fusarium
oxysforum adalah
tulang tulang daun menjadi pucat,
terutama daun daun atas, kemudian diikuti dengan menggulungnya daun yang lebih
tua (efinasti) karena merunduknya tangkai daun, dan akhirnya tanaman menjadi
layu secara keseluruhan. Kadang kadang kelayuan didahului dengan menguningnya
daun, terutama daun daun bawah. Kelayuan dapat terjadi sepihak. Pada batang
kadang kadang terbentuk akar adventif. Tanaman kerdil dan merana tumbuhnya.
Jika tanaman yang sakit di potong dengan pisau dekat pangkal batang akan
terlihat suatu cincin coklat dari bekas pembuluh. Pada serangan berat gejala
sedemikian terdapat pada bagian tanaman sebelah atas juga. Pada tanaman yang
sangat muda penyakit dapat menyebabkan matinya secara mendadak, karena pada
pangkal batang terjadi kerusakan atau kanker yang menggelang. Sedangkan tanaman
dewasa yang terinfeksi sering dapat bertahan terus dan membentuk buah, tetapi
hasilnya sangat sedikit dan buahnya pun kecil kecil.
Pengendalian
yang dapat di lakukan apabila tanama tomat terserang layu fusarium adalah Penanaman
varietas yang tahan. Dikebanyakan negara penghasil tomat satu satunya cara
pengendalian penyakit layu fusarium adalah dengan penanaman varietas varietas
tomat yang tahan, Pemakaian fungisida . Beberapa usaha untuk
mengendalikan penyakit dengan fungisida tidak memberikan hasil yang memuakan.
Tetapi dengan pencelupan akar kedalam benomil 1.000 ppm, atau senyawa
benziminazol dan sebangsanya, memberikan hasil yang baik, asal fungisida
diberikan sebelum terjadinya infeksi, .mencegah infestasi tanah. Karena
tanah yang erinfestasi sukar dibebaskan dari fusarium , usaha higieni sangat
penting. Alat pertanian yang habis dipakai dilahan yang terinfestasi dapat
di-desinfestasi dengan formalin 5%. harus diusahakan agar tidak menanam bibit
(beserta tanah) dari persemaian yan teronfestasi. Tidak menanam benih (biji)
yang di ambil dari buah tanaman sakit, perlakuan tanah . Untuk
membebaskan tanah dari fusarium dapat di perlakukan perlakuan tanah (soil
treatment), misalnya dengan uap panas atau fumigasi dengan
metilbromida,kloropikrin, atau metanatrium (metham-sodium), atau desinfestan
tanah lain yang tidak selktip. Dengan sendirinya ini hanya dapat dilakukan
untuk tanah rumah kaca atau persemaian. Usaha untuk mengendalikan penyakit
dengan meningkatkan suhu tanah dngan lembaran plastik (solarisasi) memberikan
banyak hrapan. Namun cara ini masih memerlukan banyak penelitian agar dapat
dianjurkan dalam peraktek (Anonim,2015)
3.1.8 Penyakit antaroksa pada cabai
Penyakit
patek atau antraknosa sangat ditakuti terutama oleh petani cabai. Serangan
patek atau antraknosa ini mampu membuyarkan impian petani untuk memetik hasil
yang besar, bahkan tidak jarang justru menimbulkan kerugian meskipun harga
cabai sedang tinggi. Tanaman yang terserang penyakit patek atau antraknosa yang
disebabkan oleh infeksi cendawan Colletrotichum capsicimenunjukkan
gejala bercak cokelat kehitaman yang kemudian akan meluas menjadi busuk lunak.
Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang merupakan
koloni cendawan.
Sedangkan
tanaman yang terserang antraknosa akibat infeksi cendawan colletotrichum
Gloeosporioides
menunjukkan bercak cokelat dengan bintik-bintik berlekuk. Pada bagian tepi
bintik-bintik tersebut berwarna kuning membesar dan memanjang. Jika kelembaban
tinggi, cendawan akan membentuk lingkaran memusat atau konsentris berwarna
merah jambu. Serangan pada buah cabai biasanya diawali dari bagian ujung buah
yang mengakibatkan dieback atau mati ujung.
upaya penanganan
untuk mengendalikan serangan antraknosa
antara lain yaitu Perlakuan
pada bibit atau biji tanaman yang akan dibudidayakan dengan baik dan benar, Secara
teknis, bagian tanaman yang terserang harus dimusnahkan dari lahan atau areal
pertanaman, berikan
pupuk dengan kandungan P, K, dan Ca tinggi agar jaringan tanaman lebih kuat.
Jangan melakukan pemupukan N berlebihan, karena akan menyebabkan jaringan
tanaman berair sehingga rentan terhadap serangan cendawan, berikan pupuk
organik yang banyak. Pemupukan organik
akan meningkatkan ketahanan tanaman dari serangan hama maupun penyakit, hindari adanya genangan
air di areal pertanaman, pembersihan lahan termasuk penyiangan gulma., Perlebar jarak tanam
dengan pola tanam zigzag untuk menjaga sirkulasi udara dan mengurangi
kelembaban tinggi saat terjadi hujan berkepanjangan., jika kelembaban di
sekitar areal pertanaman tinggi, misalnya hujan terus menerus, lakukan
pencegahan menggunakan fungisida sistemik dengan bahan aktif benomil,
karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol. Fungisida kontak dengan bahan aktif
mankozeb, klorotalonil, dan propineb. Lakukan penyelingan bahan aktif tersebut
setiap kali melakukan penyemprotan dengan dosis atau konsentrasi sesuai pada
kemasan.(Anonim,2013).
.
IV.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini
adalah:
1.
Setiap penyakit
tanaman memiliki gejala dan tanda yang berbeda beda
2.
Timbulnya penyakit pada tanaman dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga produksi tanaman menuun
3.
Pentingnya bagi
kita mengenal penyakit tanaman yaitu agar kita tau bagaimanaa cara untuk
mengendalikannya sedini mungkin
4.
Penyakit layu
fusarium dan layu bakteri dapat menyerang tanaman pisang dan tomat
5.
Penyakit antaroksa pada cabai membuat cabai
terdapat bercak hitam yang membusuk.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Budidaya Tanaman
Pisang. http://budidaya-petani.blogspot.com/2013/03/syarat-tumbuh-tanaman-pisang.html.
Diakses pada 19/10/2016
Anonim.2013.penyakit antraknosa. http://www.tanijogonegoro.com/2013/09/patek-antraknosa.html.Diakses
pada 20/10/2016
Anonim. 2015. Tips mengatasi layu pada tomat. https://lmgaagro.wordpress.com/2015/11/01/tips-mengatasi-layu-pada-tanaman-tomat.html.Diakses pada.20/10/2016
Choirul, R. 2014. Makalah ekologi tumbuhan pisang. http://www.bankmakalah.ga/2014/06/makalah-ekologi-tumbuhan-pisang.html. Diakses pada 19/10/2016
Kasfar,
F., A. I. Putra Dan Z. Yuningsih. 2006. Uji Ketahanan Tanaman Pisang Yang
Diimunisasi Dengan Pseudomonas Berflouresensi Terhadap Ralstonia
Solanacearum. Jurnal Pimnas Xix. 1(12)
Semangun,
H. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar