Senin, 21 November 2016

laporan pengaruh pertumbuhan tanaman terhadap pertumbuhan patogen



PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN PATOGEN (SUHU DAN KELEMBABAN)
 (Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)





Oleh

Harina wahyuningsih
1514121114
Kelompok 3




logo-unila-bw.jpg



JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
I.                   PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, demikian juga jasat renik. Makhluk-makhluk kecil ini tidak dapat sepenuhnya menguasai faktor-faktor lingkungan, sehingga untuk hidupnya sangat bergantung kepada lingkungan sekitar. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan mikroorganisme meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.

Mikroba seperti makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi pertumbuhan. Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan ini akan membantu di dalam mengkultivasi, mengisolasi, dan mengidentifikasi mikroba. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media yang mengandung sulfur dan ada pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba.Mikroba akan semakin cepat pertumbuhannya apabila mikroba tersebut diinkubasi dalam suasana yang disukai oleh mikroba. Kondisi pertumbuhan suatu mikroba tidak akan lepas dari faktor factor fisiko-kimia, seperti pH, suhu,kelembaban,angin,cahaya, tekanan, salinitas, kandungan nutrisi media, sterilitas media, kontaminan dan paparan radiasi yang bersifat inhibitor.

Oleh karena itu yang melatarbelakang dilakukan praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh factor lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap pertumbuhan pathogen trycoderma sp. Agar dapat memastikan pada suhu berapa dan seberapa kelembaban yang di butuhkan jamur untuk tumbuh dengan baik.

1.2. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu dan kelembabaan terhadap pertumbuhan patogen






































II         METODOLOGI PERCOBAAN


2.1         Waktu dan Tempat
Praktikum Mata kuliah Bioekologi Penyakit Tumbuhan yang berjudul pengenalan gejala dan tanda penyaakit ini dilaksanakan pada hari jumat, 21 oktober 2016 pukul 13:00 – 15:00 WIB. Tempat paktikum yaitu di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

2.2         Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum  ini antara lain kulkas ( Lemari pendingin), incubator, rak, cawan petri, penggaris dan spidol. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biakan pathogen (jamut thricoderma) dan media PDA

2.3         Prosedur Kerja

Berikut adalah prosedur keja yang di jalankan pada praktikum ini:yang pertama di siapkan biakan jamur pathogen,selanjutnya dengan menggunakan bor gabus diambil cuplikan biakan jamur, di inkubasi pada suhu 50C (kulkas), 250C (lemari), 370C (ruang terbuka), dan 500C (incubator), kemudian diamati setelah 48 jam,72 jam,96 jam, dan 120 jam, selanjutnya diukur diameter jamur tersebut setiap waktu pengamatan.





III  HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1         Hasil Pengamatan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapat hasil pengamatan sebagai berikut :

3.1.1. Tabel 1 data pengamatan jamur thricoderma
no
 perlakuan
ulangan 1
ulangan 2
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Ruang terbuka
9
9
9
9
7,3
9
9
9
2
Ruang terbuka
9
9
9
9
9
9
9
9
3
Inkubator
3,65
5,25
6,25
9
7,25
9
9
9
4
Inkubator
9
9
9
9
5,25
9
9
9
5
Inkubator
0,85
9
9
9
0,9
9
9
9
6
Inkubator
0,85
9
9
9
0,55
9
9
9
7
Kulkas
 0,8
2,4
2,5
 3,25
 0,6
1,9
2,5
 2,75
8
Kulkas
0,6
0,6
2
 3,2
0,5
1,4
2,5
 2,5

3.1.2  Tabel 2 pengamatan jamur di dalam incubator

Adapun hasil pengamatan dari perlakuan didalam incubator yaitu :
No
Perlakuan
Gambar
1
Inkubator
( Ulangan 1)

u 1 senin.jpg    u1 (3).jpg
           Senin                                 selasa
u1.jpg    u1 (2).jpg
           Rabu                               Kamis
2
Inkubator
(Ulangan 2)

u2 senin.jpg    u2.jpg
           Senin                                 Selasa
1477570632961.jpg     1477570639641.jpg
           Rabu                                 Kamis

3.2.  Pembahasan

Pada hasil percobaan didapatkan pertumbuhan jamur Trichoderma sp di dalam inkubator empat hari berturut-turut pada ulangan 1 yaitu 3,65 cm; 5,25 cm; 6,25.dan 9 cm Sementara pada perlakuan yang sama di dalam incubator pada ulangan 2 di dapatkan hasil selama empat hari berturut turut yaitu 7,25 cm, 9 cm, 9 cm dan 9 cm.

Pada percobaan ini specimen yang di gunakan adalah jamur Trichoderma sp.yang dilakukan dengan teknik aseptik, agar media PDA tidak terkontaminasi oleh jamur lain. Hasil yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan selama 4 hari yaitu, jamur Trichoderma sp lebih berkembang pada ruang terbuka, yang dipengaruhi oleh sinar matahari, Sedangkan pada ruangan gelap yang tertutup yaitu di dalam inkubator, jamur juga berkembang dengan cepat dan besar, akan tetapi tidak sebesar ukuran dari jamur pada ruangan terbuka, dan tekstur warnanya juga lebih dominan pada ruangan terbuka. Sedangkan jamur pada di ruangan dingin atau yang di letakkan di dalam kulkas sulit untuk tumbuh, hanya terjadi sedikit perubahan diameternya. Hal ini dikarenakan, ruangan yang dingin menghambat perkembangan jamur Trichoderma sp. Sesuai dengan percobaan yang telah di lakukan jamur Trichoderma sp. Dapat berkembang lebih baik pada keadaan ruang terbuka dengan suhu kamar dibandingkan dengan suhu rendah, jika ruangan terlalu lembab seperti di dalam kulkas jamur juga tidak dapat berkembang dengan baik karena kelembaban yang tinggi akan menghambat berkembangnya jamur Trichoderma sp.

Adapun Pengaruh lingkungan pada pertumbuhan dan perkembangan bakteri
a.       Pengaruh suhu

1)  Pengaruh suhu rendah
    Suhu rendah sampai di bawah suhu minimumnya, menyebabkan bakteri tidak dapat berkembang biak, pada umumnya tidak segera mematikan bkteri, bahkan ada yang tahan bertahun-tahun pada suhu minus 70°C (tujuh puluh derajat Celcius). Bakteri yang pathogen pada manusia umumnya cepat mati pada suhu 0°C (nol derajat Celcius).

2).Pengaruh suhu tinggi
    Suhu tinggi lebih membahayakan kehidupan bakteri dibandingkan dengan suhu rendah. Bila bakteri dipanaskan pada suhu di atas maksimumnya, akan segera mati.  Semua bakteri, baik yang pathogen maupun tidak, dalam bentuk vegetatifnya mati dalam waktu 30 (tiga puluh) menit pada suhu 60° - 65°C. Kenyataan ini merupakan dasar tindakan pasteurisasi.

b.    Pengeringan (kelembaban)
      Air sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya dapat mengambil makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua bakteri tumbuh baik pada media yang basah dan udara yang lembab., dan tidak dapat tumbuh pada media dan udara yang kering. (Entjang, 2003);

Trichoderma spp. merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk pengendalian hayati Mekanisme pengendalian Trichoderma spp. yang bersifat spesifik target, mengoloni rhizosfer dengan cepat dan melindungi akar dari serangan jamur patogen, mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman, menjadi keunggulan lain sebagai agen pengendali hayati. Aplikasi dapat dilakukan melalui tanah secara langsung, melalui perlakuan benih maupun melalui kompos. Selain itu Trichoderma spp. sebagai jasad antagonis mudah dibiakkan secara massal, mudah disimpan dalam waktu lama dan dapat diaplikasikan sebagai seed furrow dalam bentuk tepung atau granular /butiran (Arifyanto, 2003)

Beberapa keuntungan dan keunggulan Trichoderma spp. yang lain adalah mudah dimonitor dan dapat berkembang biak, sehingga keberadaannya di lingkungan dapat bertahan lama serta aman bagi lingkungan, hewan dan manusia lantaran tidak menimbulkan residu kimia berbahaya yang persisten di dalam tanah (Anonim, 2002)
Koloni jamur Trichoderma sp. pada media biakan PDA tumbuh dengan cepat pada suhu 250C-300C. Jamur ini awalnya terlihat berwarna putih selanjutnya miselium akan berubah menjadi kehijau-hijauan lalu terlihat sebagian besar berwarna hijau ada ditengah koloni dikelilingi miselium yang masih berwarna putih dan pada akhirnya seluruh medium akanberwarna hijau sedangkan bagian bawahnya tidak berwarna (Nurhayati, 2001).

Pada sebagian besar mikroorganisme pertumbuhan mencapai optimal pada
suhu sekitar 20-45 °C yang disebut mesofilik. Lain halnya untuk termofilik yang
telah menyesuaikan tidak hanya kemampuannya untuk bertahan, tetapi
berkembang pada temperatur yang lebih tinggi. Termofilik akan mampu tumbuh
dalam rentangan suhu sekitar 40-80 °C, dengan pertumbuhan optimal pada
kisaran suhu 50-65 °C. Termofilik ekstrim memiliki suhu optimal lebih dari
termofil, dan dapat bertoleransi pada suhu lebih dari 100 °C. Pada tahun 2003,
anggota dari kelompok bakteri primitif yang disebut Archaea, diketahui dapat
tumbuh pada suhu 121 °C, hal tersebut merupakan sebuah rekor dunia baru.
Psichrofil menempati rentangan suhu ekstrim yang lain, mereka dapat tumbuh
pada suhu 0 °C, dengan pertumbuhan optimal yang terjadi pada suhu 15 °C atau
dibawahnya. Organisme tersebut tidak dapat tumbuh pada suhu di atas 25 °C atau
lebih (Stuart, 2005: 97).
















KESIMPULAN


Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dari percobaan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.   Keadaan lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur Trichoderma sp
2.   Pertumbuhan jamur lebih cepat diruangan terbuka yang terkena cahaya dari pada diruangan gelap dan ruangan dingin.
3.  jamur Trichoderma sp terus tumbuh dari hari ke hari
4..suhu yang rendah akan membuat jamur Trichoderma sp sulit tumbuh
5.  kelembaban yang tinggi akan membuat jamur Trichoderma sp sulit untuk tumbuh

DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2002. Pedoman Penerapan Agen HayatiDalam Pengendalian OPT Tanaman Sayuran. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Direktorat Perlindungan Hortikultura. Jakarta.

Entjang, Indan.2003.”Mikrobiologi dan Parasitologi”.PT.Citra Aditya Bakti : Bandung.

Nurhayati, H., 2001. Pengaruh Pemberian Trichoderma sp. Terhadap Daya Infeksi dan Ketahanan Hidup Sclerotium roflsii pada Akar Bibit Cabai. Skripsi Fakultas Pertanian UNTAD, Palu

Wibowo, Arif dan Suryanti. 2003. Isolasi danIdentifikasi Jamur-jamur Antagonis terhadap Patogen Penyebab PenyakitBusuk Akar dan Pangkal Batang Pepaya. Jurnal Fitopatologi Indonesia (Vol 7) No. 2: 38-44 pp.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar