PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP
PERTUMBUHAN PATOGEN (SUHU DAN KELEMBABAN)
(Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit
Tumbuhan)
Oleh
Harina wahyuningsih
1514121114
Kelompok 3
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Lingkungan sangat
berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, demikian juga jasat renik.
Makhluk-makhluk kecil ini tidak dapat sepenuhnya menguasai faktor-faktor
lingkungan, sehingga untuk hidupnya sangat bergantung kepada lingkungan
sekitar. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan mikroorganisme
meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.
Mikroba seperti
makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi pertumbuhan. Pengetahuan akan nutrisi pertumbuhan
ini akan membantu di dalam mengkultivasi, mengisolasi, dan mengidentifikasi
mikroba. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media yang mengandung sulfur
dan ada pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya. Karakteristik persyaratan
pertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang
pertumbuhan mikroba.Mikroba akan semakin cepat pertumbuhannya apabila mikroba
tersebut diinkubasi dalam suasana yang disukai oleh mikroba. Kondisi
pertumbuhan suatu mikroba tidak akan lepas dari faktor factor fisiko-kimia,
seperti pH, suhu,kelembaban,angin,cahaya, tekanan, salinitas, kandungan nutrisi
media, sterilitas media, kontaminan dan paparan radiasi yang bersifat
inhibitor.
Oleh karena itu
yang melatarbelakang dilakukan praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
factor lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap pertumbuhan pathogen trycoderma sp. Agar dapat memastikan
pada suhu berapa dan seberapa kelembaban yang di butuhkan jamur untuk tumbuh
dengan baik.
1.2. Tujuan
Percobaan
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengetahui pengaruh suhu dan kelembabaan terhadap pertumbuhan patogen
II METODOLOGI
PERCOBAAN
2.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum Mata kuliah Bioekologi Penyakit Tumbuhan yang berjudul
pengenalan gejala dan tanda penyaakit ini dilaksanakan pada hari jumat, 21 oktober 2016 pukul 13:00 – 15:00 WIB.
Tempat paktikum yaitu di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
2.2
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum ini antara lain kulkas (
Lemari pendingin), incubator, rak, cawan petri, penggaris dan spidol. Sedangkan
bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biakan pathogen (jamut
thricoderma) dan media PDA
2.3
Prosedur Kerja
Berikut
adalah prosedur keja yang di jalankan pada praktikum ini:yang pertama di
siapkan biakan jamur pathogen,selanjutnya dengan menggunakan bor gabus diambil
cuplikan biakan jamur, di inkubasi pada suhu 50C (kulkas), 250C
(lemari), 370C (ruang terbuka), dan 500C (incubator),
kemudian diamati setelah 48 jam,72 jam,96 jam, dan 120 jam, selanjutnya diukur
diameter jamur tersebut setiap waktu pengamatan.
III HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Pengamatan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan maka didapat hasil pengamatan sebagai berikut :
3.1.1.
Tabel 1 data pengamatan jamur thricoderma
no
|
perlakuan
|
ulangan 1
|
ulangan 2
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Ruang terbuka
|
9
|
9
|
9
|
9
|
7,3
|
9
|
9
|
9
|
2
|
Ruang terbuka
|
9
|
9
|
9
|
9
|
9
|
9
|
9
|
9
|
3
|
Inkubator
|
3,65
|
5,25
|
6,25
|
9
|
7,25
|
9
|
9
|
9
|
4
|
Inkubator
|
9
|
9
|
9
|
9
|
5,25
|
9
|
9
|
9
|
5
|
Inkubator
|
0,85
|
9
|
9
|
9
|
0,9
|
9
|
9
|
9
|
6
|
Inkubator
|
0,85
|
9
|
9
|
9
|
0,55
|
9
|
9
|
9
|
7
|
Kulkas
|
0,8
|
2,4
|
2,5
|
3,25
|
0,6
|
1,9
|
2,5
|
2,75
|
8
|
Kulkas
|
0,6
|
0,6
|
2
|
3,2
|
0,5
|
1,4
|
2,5
|
2,5
|
3.1.2 Tabel 2 pengamatan jamur di dalam incubator
Adapun hasil pengamatan dari perlakuan didalam incubator
yaitu :
No
|
Perlakuan
|
Gambar
|
1
|
Inkubator
( Ulangan 1)
|
Senin selasa
Rabu
Kamis
|
2
|
Inkubator
(Ulangan 2)
|
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
|
3.2. Pembahasan
Pada hasil
percobaan didapatkan pertumbuhan jamur Trichoderma
sp di dalam inkubator empat hari berturut-turut pada ulangan 1 yaitu 3,65
cm; 5,25 cm; 6,25.dan 9 cm Sementara pada perlakuan yang sama di dalam
incubator pada ulangan 2 di dapatkan hasil selama empat hari berturut turut
yaitu 7,25 cm, 9 cm, 9 cm dan 9 cm.
Pada
percobaan ini specimen yang di gunakan adalah jamur Trichoderma sp.yang dilakukan dengan teknik aseptik, agar media PDA
tidak terkontaminasi oleh jamur lain. Hasil yang didapatkan dari penelitian
yang dilakukan selama 4 hari yaitu, jamur Trichoderma
sp lebih berkembang pada ruang terbuka, yang dipengaruhi oleh sinar
matahari, Sedangkan pada ruangan gelap yang tertutup yaitu di dalam inkubator,
jamur juga berkembang dengan cepat dan besar, akan tetapi tidak sebesar ukuran
dari jamur pada ruangan terbuka, dan tekstur warnanya juga lebih dominan pada
ruangan terbuka. Sedangkan jamur pada di ruangan dingin atau yang di letakkan
di dalam kulkas sulit untuk tumbuh, hanya terjadi sedikit perubahan
diameternya. Hal ini dikarenakan, ruangan yang dingin menghambat perkembangan
jamur Trichoderma sp. Sesuai dengan
percobaan yang telah di lakukan jamur Trichoderma
sp. Dapat berkembang lebih baik pada keadaan ruang terbuka dengan suhu
kamar dibandingkan dengan suhu rendah, jika ruangan terlalu lembab seperti di
dalam kulkas jamur juga tidak dapat berkembang dengan baik karena kelembaban
yang tinggi akan menghambat berkembangnya jamur Trichoderma sp.
Adapun
Pengaruh
lingkungan pada pertumbuhan dan perkembangan bakteri
a.
Pengaruh suhu
1) Pengaruh
suhu rendah
Suhu rendah
sampai di bawah suhu minimumnya, menyebabkan bakteri tidak dapat berkembang
biak, pada umumnya tidak segera mematikan bkteri, bahkan ada yang tahan
bertahun-tahun pada suhu minus 70°C (tujuh puluh derajat Celcius). Bakteri yang
pathogen pada manusia umumnya cepat mati pada suhu 0°C (nol derajat Celcius).
2).Pengaruh suhu tinggi
Suhu tinggi
lebih membahayakan kehidupan bakteri dibandingkan dengan suhu rendah. Bila
bakteri dipanaskan pada suhu di atas maksimumnya, akan segera mati. Semua bakteri, baik yang pathogen maupun
tidak, dalam bentuk vegetatifnya mati dalam waktu 30 (tiga puluh) menit pada suhu
60° - 65°C. Kenyataan ini merupakan dasar tindakan pasteurisasi.
b.
Pengeringan (kelembaban)
Air sangat
penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya dapat mengambil
makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua bakteri tumbuh baik
pada media yang basah dan udara yang lembab., dan tidak dapat tumbuh pada media
dan udara yang kering. (Entjang, 2003);
Trichoderma spp. merupakan
jamur antagonis yang sangat penting untuk pengendalian hayati Mekanisme
pengendalian Trichoderma spp. yang bersifat spesifik target, mengoloni
rhizosfer dengan cepat dan melindungi akar dari serangan jamur patogen,
mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman,
menjadi keunggulan lain sebagai agen pengendali hayati. Aplikasi dapat
dilakukan melalui tanah secara langsung, melalui perlakuan benih maupun melalui
kompos. Selain itu Trichoderma spp. sebagai jasad antagonis mudah
dibiakkan secara massal, mudah disimpan dalam waktu lama dan dapat
diaplikasikan sebagai seed furrow dalam bentuk tepung atau
granular /butiran (Arifyanto, 2003)
Beberapa keuntungan dan keunggulan Trichoderma spp. yang lain
adalah mudah dimonitor dan dapat berkembang biak, sehingga keberadaannya di
lingkungan dapat bertahan lama serta aman bagi lingkungan, hewan dan manusia
lantaran tidak menimbulkan residu kimia berbahaya yang persisten di dalam tanah
(Anonim, 2002)
Koloni jamur
Trichoderma sp. pada media biakan PDA tumbuh dengan cepat pada suhu 250C-300C. Jamur ini awalnya
terlihat berwarna putih selanjutnya miselium akan berubah menjadi
kehijau-hijauan lalu terlihat sebagian besar berwarna hijau ada ditengah koloni
dikelilingi miselium yang masih berwarna putih dan pada akhirnya seluruh medium
akanberwarna hijau sedangkan bagian bawahnya tidak berwarna (Nurhayati, 2001).
Pada sebagian besar mikroorganisme pertumbuhan mencapai optimal pada
suhu sekitar 20-45 °C yang disebut mesofilik. Lain halnya untuk
termofilik yang
telah menyesuaikan tidak hanya kemampuannya untuk bertahan, tetapi
berkembang pada temperatur yang lebih tinggi. Termofilik akan mampu
tumbuh
dalam rentangan suhu sekitar 40-80 °C, dengan pertumbuhan optimal pada
kisaran suhu 50-65 °C. Termofilik ekstrim memiliki suhu optimal lebih
dari
termofil, dan dapat bertoleransi pada suhu lebih dari 100 °C. Pada tahun
2003,
anggota dari kelompok bakteri primitif yang disebut Archaea, diketahui
dapat
tumbuh pada suhu 121 °C, hal tersebut merupakan sebuah rekor dunia baru.
Psichrofil menempati rentangan suhu ekstrim yang lain, mereka dapat
tumbuh
pada suhu 0 °C, dengan pertumbuhan optimal yang terjadi pada suhu 15 °C
atau
dibawahnya. Organisme tersebut tidak dapat tumbuh pada suhu di atas 25
°C atau
lebih (Stuart, 2005: 97).
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan dari percobaan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Keadaan
lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur Trichoderma sp
2. Pertumbuhan
jamur lebih cepat diruangan terbuka yang terkena cahaya dari pada diruangan
gelap dan ruangan dingin.
3. jamur Trichoderma sp terus tumbuh dari hari ke
hari
4..suhu yang
rendah akan membuat jamur Trichoderma sp
sulit tumbuh
5. kelembaban yang tinggi akan membuat jamur Trichoderma sp sulit untuk tumbuh
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Pedoman
Penerapan Agen HayatiDalam Pengendalian OPT Tanaman Sayuran. Direktorat
Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Direktorat Perlindungan
Hortikultura. Jakarta.
Entjang, Indan.2003.”Mikrobiologi dan
Parasitologi”.PT.Citra Aditya Bakti : Bandung.
Nurhayati, H., 2001. Pengaruh Pemberian Trichoderma sp. Terhadap Daya Infeksi
dan Ketahanan Hidup Sclerotium roflsii pada Akar Bibit Cabai. Skripsi Fakultas
Pertanian UNTAD, Palu
Wibowo, Arif dan
Suryanti. 2003. Isolasi danIdentifikasi Jamur-jamur Antagonis terhadap Patogen
Penyebab PenyakitBusuk Akar dan Pangkal Batang Pepaya. Jurnal Fitopatologi
Indonesia (Vol 7) No. 2: 38-44 pp.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar