pengenalan serangga sebagai musuh alami
(ORDO HYMENOPTERA)
(Laporan Praktikum Bioekologi Hama
Tumbuhan)
Oleh
Harina wahyuningsih
1514121114
kelompok 6
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Setiap organisme
selalu berinteraksi dengan organisme lainnya dalam aktivitas hidupnya dengan
suatu keterkaitan. Interaksi antar organisme tersebut dapat bersifat
antagonistik, kompetitif atau simbiotik. Sifat antagonistik ini dapat dilihat
pada musuh alami yang merupakan agen hayati dalam pengendalian hama. Musuh
alami memiliki peranan dalam pengaturan dan pengendalian populasi hama agar
populasi nya tidak semakin meninggat dan tanaman dapt terselamatkan dari
serangan hama.
Setiap spesies serangga
hama dapat diserang oleh serangga lain atau oleh patogen penyebab penyakit pada
serangga. Ditinjau dari segi fungsinya musuh alami dapat dikelompokan menjadi
predator, parasitoid dan patogen.Serangga hama mempunyai musuh alami yang
memakan serangga hama disebut predator. Predator juga merupakan organisme yang
hidup bebas dengan memakan atau memangsa organisme lain. Parasitoid merupakan
serangga yang memarasit serangga lain. Parasitoid dibedakan mejadi
ektoparasitoid (berkembang dari luar tubuh inang) dan endoparasitoid
(berkembang di dalam tubuh inang).. Serangga dapat diserang pula oleh patogen
berupa jamr, bakteri, virus, protozoa, atau nematoda yang dapat menyebabkan
kematian dan menurunkan populasi hama
Pengendalian hama dapat
dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Namun akibat dari pestisida tersebut
berdampak buruk terhadap lingkungan. Selain dengan pestisida ada cara lain
yaitu menggunakan musuh alami. Pengendalian dengan musuh alami lebih ramah
lingkungan. Musuh alami dapat membantu manusia dalam
menangani hama tanpa merusak lingkungan.Dengan demikian pengenalan musuh alami
terhadap hama penting dilakukan
.
1.2 Tujuan
Percobaan
Adapun
tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengenal
beberapa serangga yang berperan sebagai musuh alami.
2. Mengetahui
serangga dari ordo hymenoptera yang berperan usebagai parasitoid telur dan
parasitoid.larva
II.
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini
yaitu antara lain specimen serangga yang terdiri dari serangga Telenomus sp,
Elasmus sp, Trichogramma sp, Rochnatus sp, dan Apenteles sp. Alat dan bahan
lainnya yaitu cawan petri, alat tulis, mikroskop dan kamera.
3.2 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang di lakukan pada praktikum ini
yaitu :
1. Disiapkan
semua alat dan bahan
2. Diamati menggunakan
mikroskop masing-masing serangga yang telah disiapkan.
3. Dicatat
ordo serangga, mekanisme serangga musuh alami yang hidup sebagai parasitoid
dalam inangnya ya berupa hama
4. Setelah itu menggambar serangga
5. di foto
specimen serangga sebagai dokumentasi laporan
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tabel Hasil Pengamatan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di dapatkan
table sebagai berikut:
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
Telenomus sp
|
Nama ilmiah :Telenomus sp
Family : Scelionidae
Parasit telur
|
2.
|
Elasmus sp
|
Nama ilmiah : Elasmus sp
Family : chalcidoidae
Parasitoid larva
|
3.
|
Trichogramma sp
|
Nama ilmiah : Trichogramma sp
Family : trichogrammatidae
Parasit telur
|
4.
|
Rachonatus sp
|
Nama ilmiah: Rachonatus sp
Family :braconidae
Parasit larva
|
5.
|
Apenteles sp
|
Nama ilmiah :Apenteles sp
Family : braconidae
Parasit larva
|
3.1
Pembahasan
Serangga hama dapat dikendalikan dengan serangga musuh alami.
Setiap seranga musuh alami memiliki mekanisme kerja yang berbeda beda dalam
menyerang hama serangga serta memiliki metamorfosis yang berbeda pula. Berikut
adalah penjelasan dari masing masing serangga.musuh alami
1.
Telenomus
sp
Klasifikasi Telenomus
sp:
Kingdom :
Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Orda : Hymenoptera
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Orda : Hymenoptera
Family :Scelionidae
Genus : Telenomus
Spesies : Telenomus sp (Anonim, 2012)
Genus : Telenomus
Spesies : Telenomus sp (Anonim, 2012)
Telenomus spp merupakan parasitoid telur serangga lain, inang dari
serangga ini kebanyakan adalah dari family Lepidoptera dan Hemiptera (Johnson,
1984). Banyak dari spesies Telenomus yang berharga ekonomis tinggi karena
peranannya dalam menekan serangan hama penggerek pucuk tanaman tebu.Untuk saat
ini kendala dalam penggunaan Telenomus
sebagai parasitoid penggerek pucuk tebu adalah dari segi ukuran yang sangat
kecil sehingga mempersulit untuk mencari spesies yang tepat serta masih
sulitnya dalam pembudidayaan Telenomus itu sendiri yang memang membutuhkan
inang dari penggerek pucuk tebu.
Telenomus sp Ordo
: Hymenoptera, Famili : Scelionidae. Parasitoid ini merupakan parasit telur
penggerek pucuk tebu .
Parasitoid meletakkan telur hanya pada 1 telur inang dan berkembang hingga
dewasa pada telur tersebut. Sebutir telur inang cukup untuk menghidupi larva
parasitoid hingga dewasa. Siklus dari telur hingga dewasa barlangsung selama 8-14 hari. Parasitoid dewasa
berumur 2-4 hari. Betina dapat bertelur 20-40 butir selama hidupnya.Telenomus
dewasa
muncul dengan membuat lubang di selaput telur penggerek pucuk tebu. Setelah itu
parasitoid betina menempel pada penggerek pucuk dewasa yang akan bertelur. Telenomus
melepaskan dari penggerek pucuk tebu setelah meletakkan telur. Kemudian
mulai memparasit massa telur yang baru diletakkan. Hanya 3%-10% dari telur yang
dihasilkan adalah jantan. Jika betina tidak melakukan perkawinan maka
keturunanya jantan, sedangkan jika dilakukan perkawinan jantan dan betina maka
keturunan yang dihasilkan adalah betina (Kalshoven, 1981).
2.
Elasmus
sp
Kingdom :
Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Family : Chalcidoidae
Genus : Elasmus
Species : Elamus sp
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Family : Chalcidoidae
Genus : Elasmus
Species : Elamus sp
Imago Elasmus
sp Merupakan parasit larva. Dapat mematikan ulat/larva penggerek hingga 5%
populasi. Elasmus sp merupakan ektoparasit dan bersifat gregarius.
Mempunyai siklus hidup 17,5 hari. Tanpa parasitoid jantan, parasitoid betina
mampu menghasilkan keturunan jantan dan betina atau bersifat partenogenesis.
Pakan tambahan cenderung meningkatkan daya parasitasi dengan rata-rata
tertinggi yaitu larutan gula 20% dan madu 100%. Daya parasitasi dipengaruhi sex
ratio dengan basil tertinggi pada rasio 1:6. Di laboratorium parasitoid mampu
memarasit sampai 36,66%.(adriandi,2012).
3.
Trichogramma
sp
Klasifikasi serangga Trichogramma sp yaitu
Kingdom
: Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Family : Trichogrammatidae
Genus : Trichogramma
Spesies : Trichogramma sp
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Family : Trichogrammatidae
Genus : Trichogramma
Spesies : Trichogramma sp
Trichogramma sp merupakan parasit yang utama pada telur penggerek tanaman
padi dan tebu. Musuh alami yang dapat digunakan untuk menekan hama penggerek
pucuk tebu ini salah satunya adalah parasitoid. Pada umumnya parasitoid
berkembang di dalam tubuh inang, sehingga ukuran tubuh parasitoid lebih kecil dan siklus hidupnya
lebih pendek. Jenis parasitoid yang telah banyak dikembangkan adalah parasitoid
telur, contohnya Trichogramma chilonis.
Parasitoid
telur Trichogramma japonicum memiliki panjang tubuh 0,75 mm
dengan tubuh berwarna hitam dan mata merah yang khas (Darmadi, 2008). Tarsus
dengan tiga ruas. Sayap depan sangat lebar dengan rambut-rambut yang membentuk
garis, vena marginal dan stignal membentuk kurva tunggal. Sayap belakang sempit
dan berambut apabila dipelihara pada suhu 30o C dan kelembapan
80% tubuh berwarna cokelat kehitaman, rambut-rambut pada sayap depan panjang,
ovipositor keluar di ujung abdomen. Imago jantan mempunyai antenna berbentuk
clavus dengan 30-40 rambut, tiap rambut panjangnya 3 kali lebar antenna.
Ovipositor pada betina hampir satu setengah kali lebih panjang daripada tibia
belakang yang memungkinkan betina untuk meletakkan telur ke dalam telur yang
tertutup bulu. Ukuran telur sekitar 0,31mm. rasio jenis kelamin dewasa jantan
dan betina adalah 1:2,3. Parasitoid ini merupakan parasitoid yang hidup
berkelompok
(Pracaya , 2008).
Larva Trichogramma terdiri
dari tiga instar. Setelah mencapai instar 3 (3-4 hari setelah telur
terparasit), telur penggerek batang berubah warnanya menjadi gelap atau hitam.
Larva kemudian berkembang menjadi pupa. Setelah 4-5 hari, pupa berubah menjadi
imago, dan keluar dari telur inang dengan membuat lubang bulat pada kulit
telur. Daur hidup sejak telur diletakkan hingga imago muncul sekitar 8 hari.
Setiap betina biasa menghasilkan telur sebanyak 50 butir. Perkembangbiakan
dengan perkawinan atau parthenogenesis. Parasitoid betina yang kawin
menghasilkan keturunan betina dan jantan, sedangkan yg tidak kawin akan menghasilkan
jantan saja (Gullan, 1999).
Pada saat
pemarasitan, parasitoid Trichogramma japonicum betina akan
menguji telur dengan memukulnya menggunakan antenna, menggerek masuk ke dalam
telur inang dengan ovipositornya dan meletakkan satu atau lebih telur tergantung
ukuran telur inang. Pada saat Trichogramma japonicum betina
menemukan inangnya, biasanya akan tinggal dekat atau menetap pada inangnya
untuk periode yang panjang selama terjadinya pemarasitan. Populasi parasitoid
dipengaruhi oleh keberadaan inang dan kondisi lingkungan. Populasi inang yang
rendah menyebabkan parasitoid tidak berkembang, parasitoid dewasa aktif pada
siang hari dan terbang menuju ke arah sumber cahaya. Tingkat pemarasitan di
lapangan berkisar antara 40% (Pracaya , 2008).
Untuk dapat mengendalikan hama penggerek pucuk tebu (Scirpophaga
nivella) maka parasitoid ini akan memparasit telur dari Corcyra
cepalonica. Pada saat proses memarasit,
parasitoid Trichogramma sp betina
akan menguji telur dengan memukulnya dengan menggunakan antena, menggerek masuk
ke dalam telur inang dengan ovipositornya, dan meletakkan satu atau lebih
telur tergantung ukuran telur inang (Pracaya,
2007)
4.
Rochonatus
sp
Kingdom :Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Family : Braconidae
Genus : Rachonatus
Species : Rachonatus sp
Rachonotus sp merupakan parasit larva dari hama
yang menyerang tanaman tebu, khusunya hama penggerek pucuk tebu (Scirpophaga nivella) dan penggerek
batang tebu, baik yang bergaris (Choilo saccharipagus)
maupun berkilat (Chilo auricilius). Parasitoid ini akan berkembang hingga menjadi
larva di dalam telur serangga yang menjadi inangnya (Pracaya, 2008).
Imago Rachnotus sp merupakan lebah parasitoid yang menyerang kumbang penggerek
buah tebu, Hypothenemus hampei. Larva hidup
sebagai ektoparasit pada larva instar terakhir dan prapupa inang. Imago betina
berukuran panjang 1,6-2 mm, sedangkan yang jantan 1,4 mm. Imago meletakkan
telur pada prapupa inang bagian ventral dan pada pupa inang bagian dorso-abdominal.
Imago memakan telur, larva, pupa, dan imago inang. Telur parasitoid berukuran
0,4 x 0,2 mm. Larva berwarna putih, berukuran panjang 2,1 mm, bentuk tubuh
bengkok dan meruncing ke bagian ekor, tidak berkaki dan berbulu. Pupa berada di
dalam kokon berwarna putih, pupa memiliki tipe bebas (liberal), mula-mula
berwarna putih kemudian berubah menjadi coklat (BPTTD. 1979)
5.
Apenteles
sp
Kingdom :Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Family : Braconidae
Genus : Apanteles
Species : Apanteles sp
Apanteles sp adalah musuh alami yang berupa parasitoid larva .Apenteles sp memiliki cirri cirri antena lebih panjang dari tubuh, tubuh
berwarna hitam dan berwarna kuning pada bagian abdomen dan kakinya sedangkan
pada sayap terdapat RV (Reccurent vein).
Parasitoid
ini mempunyai kisaran inang yang luas, antara lain Plusia chalcites,
Crocidolomia binatalis, Attacuc atlas, dan Spodoptera litura. Apanteles
dewasa berukuran sangat kecil, panjangnya sekitar 2-3 mm. Apanteles betina
meletakkan telur ke dalam tubuh inang (pada stadium telur atau larva instar
awal) dengan ovipositornya, biasanya dalam satu inang akan diletakkan telur
sebanyak 16-65 butir. Telur-telur tersebut akan menetas dalam 2-3 hari, dan
larva yang muncul akan segera memakan tubuh inangnya dari dalam
(endoparasitoid). Menjelang berpupa, larva akan keluar dari tubuh inang dan
berpupa di luar tubuh inang. Pupa Apanteles berwarna putih. Dewasa yang
muncul hanya hidup beberapa hari saja. Apanteles yang ditemukan pada
saat penelitian menyerang ulat dari anggota Famili Lymantriidae (Satuhu, 1999)
IV.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum ini
adalah
1.
Musuh alami yang tergolong parasitoid telur
yang menyerang tanaman tebu yaitu Telenomus
sp, dan Trichogramma sp.
2.
Musuh alami yang
tergolong parasitoid larva yaitu Elasmus
sp, Rochonatus sp, dan Apenteles sp.
3.
Mekanisme kerja
memparasit pada parasitoid telur yaitu dengan meletakkan telurnya ke dalam
telur inangnya dan mengambil nutrisi dari inangnya untuk kebutuhan dalam
perkembangannya.
4.
Parasitoid larva
memparasit dengan cara meletakkan telur pada larva inangnya.
5.
Pengendalian
hayati dengan menggunakan serangga musuh alami lebih ramah lingkungan jika
dibandingkan dengan menggunakan pestisida
DAFTAR PUSTAKA
Adrian,2012. Pengendalian hayati. https://adrianndii.wordpress.com/2012/10/08/ pengendalian-hayati/ diakses pada tanggal 10 november 2016
Anonim,
2012. Hama Penyakit Tebu. http://myrealact.blogspot.com/2012/06/
penggunaan-parasitoid-telur-dan-larva.html diakses pada tanggal 10 November 2016
BPTTD. 1979. Hama dan
Penyakit Tanaman Tebu. Balai Penelitian Tanaman Tebu dan Tembakau Deli,
Medan. Hlm. 15-16
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial :
Problematika Dan Pengendaliannya. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Gullan, P.J;
Cranston PS. 1999. The Insect An Outline of Entomology. Edisi Ke-2. Oxford:
Blackwell Sci.
Hassan. 1994. http://mukhlisahendriastuti.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html diakses pada tanggal 10 November 2016
Johnson. 1984. Systematics of
nearctic. Telenomus: Clasification and revision
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest Of
Crops In Indonesia. PT.Ikhtiar Baru Van-House. Jakarta. Hal.521
Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Sumber Swadaya, Jakarta. Hal 216-118.
Satuhu S, Supriyadi H. 1999. Pisang: Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Pasar.
Penebar Swadaya. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar