PENGENALAN
IRIGASI (IRIGASI PERMUKAAN)
(Praktikum Mekanisasi Pertanian)
Oleh
Harina Wahyuningsih
1514121114
Kelomok 9

JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Air merupakan salah satu faktor
penunjang kehidupan semua makhluk hidup, termasuk tanaman. Tanaman membutuhkan
air agar dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Air yang dibutuhkan tanaman
berasal dari air hujan maupun air irigasi. Kebutuhan tanaman akan air digunakan
untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan, baik penguapan yang melalui
permukaan tanaman maupun permukaan tanah atau evapotranspirasi.
Irigasi adalah usaha penyediaan dan
pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi air
permukaan, irigasi air bawahtanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Semua proses
kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang merupakan tempat media pertumbuhan
tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik bertindak sebagai pelaku
(subjek) atau air sebagai media (objek). Proses-proses utama yang menciptakan
kesuburan tanah atau sebaliknya yang mendorong degradasi tanah hanya dapat
berlangsung apabila terdapat kehadiran air. Oleh karena itu, tepat kalau
dikatakan air merupakan sumber kehidupan.
Usaha pengelolaan dan penyediaan air
untuk menunjang kegiatan pertanian adalah bentuk diperlukan sistem irigasi yang
tertata baik. Dalam suatu pengelolaan sumber daya air dengan perancangan
bangunan air diperlukan suatu informasi yang menunjukan jumlah air yang akan
masuk ke bangunan tersebut dalam satuan waktu yang dikenal sebagai debit
aliran. Dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam keadaan
berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi
dampak banjir pada saat debit maksimum dan kekeringan atau defisit air pada
saat musim kemarau panjang.
1.2
Tujuan
Per cobaan
Tujuan di lakukannya percobaan ini ialah sebagai
berikut:
1.
Mengetahui
fungsi irigasi
2.
Mengetahui macam macam metode irigasi
permukaan
3.
Mengetahui keefektifan irigasi permukaan
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Saluran irigasi teknis dibangun
ditunjukkan dengan adanya sekat sebagai saluran tempat mengalirnta air. Untuk
mengatur volume dan kecepatan air, saluran harus dibagi-bagi. Adanya kotoran
dan sampah yang tertimbun juga dapat mengganggu aliran air. Saluran air juga
dapat membendung jika terjadi banjir sewaktu-waktu (Wirawan,1991).
Analisis kebutuhan air irigasi merupakan
salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan
sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang
dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi
secara normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi
evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara
khusus seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama
pemakaian. (Sudjarwadi 1990).
Kemampuan pengukuran debit aliran sangat
diperlukan untuk merancang sistem irigasi serta mengetahui potensi sumberdaya
air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk
memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi
sumber daya air permukaan yang ada.Teknik pengukuran debit aliran langsung di
lapangan pada dasarnya dapat dilakukan melalui tiga katagori ( Gordon et al.,
1993):
1. Pengukuran volume air sungai
2. Pengukuran debit dengan cara mengukur
kecepatan aliran dan menentukan luas penampang melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan
bahan kimia ( pewarna) yang dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing
method).
Saluran
irigasi air tanah adalah bagian dari jaringan irigasi air tanah yang dimulai
setelah bangunan intake / pompa sampai lahan yang diairi (PP No. 20 tahun
2006). Saluran irigasi terbagi atas 3 jenis yaitu :
a.
Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang
membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke petak-petak tersier
yang akan diairi. Petak tersier adalah kumpulan petak-petak kuarter, tiap petak
kuarter memiliki memiliki luas kurang lebih 8 s.d. 15 ha. Sedangkan petak
tersier memiliki luas antara 50 s.d. 150 ha.
b.
Saluran Sekunder
Saluran sekunder adalah saluran yang
membawa air dari saluran primer ke petakpetak tersier yang dilayani oleh
saluran sekunder tersebut.
C
Saluran Tersier
Saluran tersier adalah saluran yang
membawa air dari bangunan sadap tersier dari jaringan utama ke dalam petak
tersier saluran kuarter. Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter
melalui bangunan sadap tersier atau parit sawah ke petak-petak sawah.
(Herliyani at al, 2012)
Lahan sawah dengan irigasi teknis yaitu
jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar
penyediaan dan pembagian air ke dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya
diatur dan diukur dengan mudah. Biasanya lahan sawah irigasi teknis mempunyai
jaringan irigasi yang terdiri dari saluran primer dan sekunder serta
bangunannya dibangun dan dipelihara oleh pemerintah. Ciri-ciri irigasi teknis:
Air dapat diatur dan diukur sampai dengan saluran tersier serta bangunan
permanennya. Lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik
yang bangunan penyadap dan jaringan jaringannya diatur dan dikuasai dinas
pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Kadar air tanah yang
lebih rendah pada tanah sawah yang diolah sempurna disebabkan oleh porositas
tanah lebih tinggi, sehingga kehilangan air lebih banyak (Notohadiprawiro, T.
1992)
Pengaruh air irigasi pada tanah yang
dialirinya dapat bersifat netral, implementer, memperkaya ataupun memiskinkan.
Air irigasi bersifat netral yaitu didapatkan pada tanah-tanah yang menerima
pengairan dari air yang berasal dan memlalui daerah aliran yang memiliki jenis
tanah yang sama dengan tanah yang dialiri. Sifat suplementer dijumpai pada
tanah yang telah kehilangan unsur-unsur hara akibat pencucian dan mendapatkan
unsur-unsur hara lain dari air irigasi. Air irigasi bersifat memperkaya tanah
apabila kandungan unsur hara akibat dari pengairan lebih besar jumlahnya
daripada unsure hara yang hilang karena paen, drainase atau pengairan.
Pencucian unsur hara dari permukaan kompleks adsorpsi dan larutan tanah oleh
air irigasi bersifat memiskinkan tanah ( Suyana et al, 1999)
III. METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Mata
kuliah Mekanisasi Pertanian yang berjudul pengenalan alat sprayer ini
dilaksanakan pada hari selasa, 11 oktober 2016 pukul 08:00 –
10:00 WIB. Tempat paktikum yaitu di Laboratorium Daya, Alat dan Mesin
Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2
Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
- Alat peraga irigasi
- alat tulis
- kamera
1.1 Prosedur
Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan
dalam praktikum ini adalah
Diperhatikan penjelasan asisten
dosen mengenai irigasi permukaan
|



![]() |
Di lakukan pengambilan gambar alat
peraga irigasi
|
IV PEMBAHASAN
Irigasi permukaan merupakan cara
pemberian air yang tertua dan paling umum digunakan. Cara pemberian air dengan
cara ini sering juga disebut dengan irigasi penggenangan, karena dengan cara
ini air irigasi yang diberikan di lokasi tertentu, dibiarkan mengalir bebas di
atas permukaan lahan, dan kemudian air akan mengisi daerah perakaran tanaman.
Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan sistem irigasi curah dimana air didistribusikan
ke lahan melalui pipa bertekanan, dan sistem irigasi tetes, dimana air
diberikan melalui penyiram atau penetes ke permukaan. Dalam hal ini irigasi
curah lebih efisien dibandingkan dengan irigasi permukaan, karena pada irigasi
curah air hanya didistribusikan ke lahan yang terdapat tanamannya saja,
sehingga tidak ada air yang terbuang percuma
Dengan menggunakan sistem irigasi permukaan, air diberikan
secara langsung melalui permukaan tanah dari suatu saluran atau pipa yang
memiliki tinggi permukaan airnya lebih tinggi dari elevasi lahan yang akan
diairi, biasanya sekitar 10-15 cm. Air irigasi akan mengalir di permukaan tanah
dari pangkal ke ujung lahan dan meresap ke dalam tanah membasahi daerah
perakaran tanaman. Syarat penting untuk mendapatkan sistem irigasi permukaan
yang efisien adalah perencanaan sistem distribusi air untuk dapat mengendalikan
aliran air irigasi dengan perataan lahan yang baik, sehingga penyebaran air
seragam ke seluruh petakan.
Sumber
air dalam irigasi dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu :
1.
Mata Air, yaitu air yang terdapat di dalam
tanah, seperti sumur, air artesis, dan air tanah. Air tersebut banyak
mengandung zat terlarut sehingga mineral bahan makan tanaman sangat kurang dan
pada umumnya konstan
2.
Air Sungai, yaitu air yang terdapat di atas
permukaan tanah. Air tersebut banyak mengandung lumpur yang mengandung mineral
sebagai bahan makan
3.
makanan,
sehingga sangat baik untuk pemupukan dan juga suhunya lebih rendah daripada
suhu atmosfer. Air sungai ini berasal dari dua macam sungai, yaitu sungai kecil
yang debit airnya berubah-ubah dan sungai besar.
4.
Air Waduk, yaitu air yang terdapat di
permukaan tanah, seperti pada sungai. Tetapi air waduk sedikit mengandung
lumpur, sedangkan zat terlarutnya sama banyaknya dengan air sungai. Air waduk
di sisni dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu waduk alami dan waduk buatan
manusia. Air waduk juga dibedakan menjadi dua macam menurut keuntungan yang
diperoleh, yaitu waduk multi purpose atau waduk dengan keuntungan yang diperoleh
lebih dari satu. Misalnya air waduk selain untuk pertanian juga untuk
perikanan, penanggulangan banjir, pembangkit listrik dan pariwisata. Tetapi ada
juga waduk yang hanya digunakan untuk pertanian saja.
Metode irigasi permukaan di bagi menjadi 3 jenis yaitu:
1.
Basin
Bentuk
irigasi yang menggunakan metode irigasi basin seperti petakan yang berada di
sawah sawah
2.
Border
Metode
irigasi border bentuknya seperti petakan namun lebih memanjang dari metode basin
3.
Furrow
Metode
furrow digunakan terutama pada tanaman hortikultura yang berbentuk lanjaran
Pada saat pengirigasian ada alat
yang digunakan untuk menghitung irigasi air yaitu current meter dan capoletti. Currentmeter atau dikenal juga dengan alat ukur arus,
biasanya digunakan untuk mengukur aliran pada air rendah. Alat ini merupakan
alat pengukur kecepatan yang paling banyak digunakan karena memberikan
ketelitian yang cukup tinggi. Kecepatan aliran yang diukur adalah kecepatan
aliran titik dalam satu penampang aliran tertentu. Prinsip yang digunakan adalah
adanya kaitan antara kecepatan aliran dengan kecepatan putar baling-baling currentmeter
Dalam
pengirigasian air dapat mengalami proses evaporasi yang disebabkan oleh banyak
faktor diantaranya yaitu suhu udara, tekanan udara, kelembaban serta angin.,
V KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari
percobaan ini antara lain:
1.
Terdapat tiga metode irigasi permukaan yaitu
irigasi basin, border dan furrow
2.
Irigasi permukaan kurang efisien
dibandingkan irigasi permukaan, karena air tidak sepenuhnya mengenai sasaran
tanaman
3.
Irigasi digunakan untuk persediaan air
guna memenuhi kebutuhan air pada tanaman
DAFTAR
PUSTAKA
Gordon,
Judit R.1993. A Diagnostic Approach to Organizational Behavior Boston: Allyn
and Bacon.
Herliyani
at al, 2012. Identifikasi Saluran Primer Dan Sekunder Daerah Irigasi Kunyit
Kabupaten Tanah Laut. Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin.
Jurnal Intekna, Tahun Xii, No. 2: 132 - 139
Notohadiprawiro,
T. 1992. Sawah Dalam Tata Guna Lahan. Fakultas Pertanian UPN. Yogyakarta.
Sudjarwadi,
1990. Teori dan Praktek Irigasi. Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik, UGM,
Yogyakarta.
Suyana,
at al.1999. Evaluasi Sumbangan Hara dan Kualitas Air dari Irigasi Bengawan
Solo. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Sebelas Maret.
Surakarta.
Wirawan.
1991. Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Sawah Irigasi, hal 141- 167. dalam E.
Pasandaran (edt). Irigasi di Indonesia Strategi dan Pengembangan. LP3ES.
Jakarta.
LAMPIRAN


Tidak ada komentar:
Posting Komentar